Pernah suatu hari ada hal yang membuatku tidak ingin menulis lagi. Entah apapun yang aku tulis saat itu, baik perihal pengalaman, curahan hati di buku harian atau hal-hal random yang biasanya muncul langsung aku torehkan di kertas maupun catatan digital.
Hari itu dimana aku betul-betul merasa bosan dengan rutinitas, ingin menyerah karena semuanya tampak sama dan sia-sia. Hanya umurku yang semakin bertambah di belakang kepala 2.
Hari ini, hari pertama di tahun yang baru. Sebuah catatan bersejarah yang terus akan menjadi kisah bila aku tulis dan bisa saja suatu waktu aku pasti lupa (tanpa ku catat). Maka, tulisan adalah bentuk pengingat supaya aku tidak mudah melupakan hal-hal yang remeh temeh tetapi memiliki makna di setiap waktunya.
Ketika ingin berhenti menulis, aku teringat satu mimpi dan cita-cita yang tak pernah pudar dimakan waktu. Meski apa yang ingin kucapai sejak remaja belum ada yang masuk kategori berhasil. Aku sadar bahwa tulisan yang aku buat tak sehebat para penulis yang jam terbangnya tinggi. Apalah aku yang hanya menulis perihal keluh kesah hidup dan si motivator bagi diriku sendiri yang tak jarang sering merasa sok kuat padahal aslinya begitu lemah.
Sebuah impian dan cita-cita terkadang tidak selalu muncul di depan mata bagaikan baliho merek gawai yang berjejer di pinggir jalan dan bisa saja berganti setiap beberapa bulan sekali. Aku hanya dapat membandingkan diriku saat ini dengan hari-hari yang lewat. Ternyata kalau ada grafik yang menggambarkan bahwa aku memiliki kemajuan dalam sebuah hal tentang diriku sendiri, bentuknya mungkin seperti tangga yang terus naik.
Lalu, aku boleh kan berbangga pada diriku sendiri dan berterima kasih pada diriku sendiri juga?
Bisa saja hanya sekian persen yang percaya dan itu pun hanya aku bahwa aku bisa melampaui apa yang seharusnya aku mampu, meski tertatih dan yang merasakan pahitnya hanya aku. Lagi dan lagi, aku kembali melibatkanNya dalam setiap apa yang ingin aku lakukan dan aku inginkan (butuh).