Diberdayakan oleh Blogger.

Blognya Zuha

Dunia Gado-gado Digital

Sudah hampir empat minggu aku berada di sebuah desa kabupaten Muara Enim. Tepatnya di Kecamatan Semendo Darat Laut. Pekerjaan yang membawaku ke tempat ini, bertemu dan meninggalkan jejak rekaman kehidupan pada lingkungan dan tempat yang baru (lagi). Setiap Senin pagi usai subuh, aku berangkat menuju lokasi mobil angkutan desa "ngetem" di depan rumah sakit umum Lahat. Tepat pukul enam pagi, mobil tersebut berangkat menuju Semendo. Aku menyebutnya mobil keranjang, karena bentuknya seperti keranjang hehe. Lebih dari itu kita harus menunggu mobil angkutan lain di waktu yang agak siang sekitar jam sembilan hingga sebelas. Dua jam setengah di perjalanan meski bosan dan ngantuk, tapi kalau lagi beruntung dan tidak hujan maka kita bisa dengan leluasa menikmati panorama alam yang disuguhkan. Indah banget! Pertama kali aku tiba di Desa Muara Dua, Semendo Darat Laut yang aku rasakan adalah suhunya yang dingin. Benar kata mamak, kudu mengenakan jaket. Untung aku nurut, jadi terbantu meskipun sebenarnya masih saja rasa dingin begitu menusuk tulang.

lukisan alam ciptaan Tuhan memang tak pernah habis untuk dinikmati. ini baru sefruit bentang alam 

Semendo, merupakan daerah yang terkenal dengan satu tradisinya yaitu Tunggu Tubang. Sejauh yang aku tahu, tradisi ini telah dilakukan oleh masyarakat semende secara turun temurun yang mengatur tentang pembagian harta warisan dari orang tua kepada anak perempuan tertua. Hingga kini adat atau tradisi ini masih berlaku.

Sebenarnya pembahasanku bukan tentang itu sih, tapi hanya sekilas saja menyenggol tentang tradisi tersebut dan menurutku unik. Karena memang setiap daerah di Indonesia maupun di dunia sekalipun ada filosofi yang diangkat dan itu sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat tempo dulu, sekarang dan akan datang.

rumah panggung. ciri khas bangunan tempat tinggal masyarakat Semendo

Sejauh perjalananku hingga kini, setiap melewati jalan dengan jejeran rumah panggung dan penduduk yang beraktivitas seperti biasanya mempunyai daya tarik tersendiri. Kegiatan masyarakat yang menjadi ciri khas di tiap desa, terutama di sini. Baik pagi maupun sore hari. Ada yang bersiap mau ke kebun, ada anak-anak kecil yang menggunakan busana muslim menuju surau atau masjid untuk mengaji di sore hari dan juga ibu-ibu yang duduk-duduk bercengkerama satu sama lain dan sebagainya. Satu hal yang ku dapatkan dari sifat mereka adalah orangnya ramah. Mau kamu ga kenal sama mereka, kalau kamu senyum pasti mereka bakal senyum balik dengan sangat manis! 

Minggu pertama berada di sini, hujan turun dengan deras setiap hari berturut-turut. Wajar saja kalau suhu udaranya rendah bahkan aku sampai menggigil dan demam di hari ketiga😳. Lokasi tempatku bekerja berada di pusat desa Muara Dua, kurang lebih seratus meter dari kantor desa Muara Dua. Kami menyebutnya sebagai Agrohouse (meski jauh dari ekpetasiku dulu wkwk). Pekerjaan yang mana tugasnya tidak mantap di dalam ruangan, lebih sering mengunjungi petani dan melakukan pertemuan yang berkaitan dengan role kerja.

Sebagai pekerja lapangan, kadang yang menjadi hal mengkhawatirkan bagiku adalah takut padahal belum mencoba. Aku termasuk manusia yang mudah cemas ketika akan keluar rumah untuk bertemu orang baru di sebuah kegiatan, terutama orang yang jauh lebih tua dariku. Bahkan pernah suatu waktu perutku mual dan kepalaku pusing. Hanya saja, setelah ku paksa untuk keluar dari zona tersebut semuanya hilang. Meskipun energiku terkuras habis tetapi tetap saja, aku mau tak mau harus menikmati walaupun lebih banyak diam memerhatikan.

viewnya, maa sya Allah cantik banget!

Bekerja di lapangan itu memang harus kuat mental. Harus sok akrab namun tetap menghargai batasan dan paham menempatkan sesuatu pada tempatnya alias yaa punya attitude lah. Selain itu juga minimal tahu bahasa setempat kalau pun benar-benar tidak tahu banyak-banyaklah bertanya. Gausah malu dikatakan telmi, banyak tanya dan sebagainya. Malu bertanya, salah kaprah kan ga enak wkwk. Tapi, atur sebaik mungkin supaya tidak terlihat bego banget. Nanti malah dibodohin jadinya kan riweh. Belajar dari pengalaman sebelumnya, aku persis kaya batu yang planga plongo melihat lawan bicaraku gatau ngomongin apa. Akhirnya ku beranikan untuk bertanya dengan mengambil kata yang menurutku itu kunci dari sebuah pembahasan tersebut.

Karena tidak pandai memulai obrolan, tetapi pekerjaan ini menuntutku untuk berinisiatif memulai berbicara maka trik pertama yang aku lakukan biasanya bertanya kabar dan kondisi atau aktivitas pertanian di kebun kopi. Selanjutnya lawan bicaraku (biasanya bapak-bapak) akan banyak menjelaskan panjang lebar haha dan aku pun lebih banyak menjadi pendengar, tapi sayangnya malah canggung kalau obrolannya habis. Sulit sekali, ya. Tapi, lama-lama aku nikmati. Susah cuy, buat memulai obrolan apalagi dengan orang baru walaupun susah bukan berarti ga bisa. Just one key, if wanna make a conversation you must have attitude to make other feels that you are right person to them and be humble. 

Intinya kalau ngobrol itu yang sopan dan juga banyak-banyak ikut orang diskusi biar dikenal dan mengenal orang baru. Dengerin aja dan ngangguk kalau misalnya ga sengaja melakukan eye contact. Kalau ga setuju dengan sebuah opini ya ga perlu disanggah, kalau mau disanggah ya harus kuat juga dasarnya dan jangan sok pinter. Kalau sok pinter, siap-siap saja dicap jelek dan tidak punya attitude xixi. Selain itu yang menjadi tantangan utamaku adalah asap rokok. Ya begimane, kerja gini ketemu bapak-bapak ga jauh-jauh tuh dengan yang namanya asap rokok. Duduk bentar aja deh, mulai ngudut hiks... Alhasil kudu nyetok masker dan tissue banyak-banyak buat nutup hidung. Nah, kalau dah gini biasanya aku minta izin untuk sedikit menjauh dan bilang kalau ga bisa kena asap rokok. Mereka maklum kok, yakali ga maklum. Karena ga mungkin juga aku harus bilang "stop pak, dilarang merokok." LAWAK KALI, DIUSIR GUA DARI DESA HAHAH.

Ada lagi yang membuatku menjadi shock setelah hampir satu bulan tinggal di sini. Sulit sekali menemukan sarapan, makan siang bahkan makan malam yang pas rasanya. Seenggaknya "normal" deh. Makanya memang paling bener ga laki atau perempuan itu kudu bisa masak, minimal basicnya aja deh kayak tumis menumis, bikin sayur bening atau ceplok telur dan sejenisnya. Jujur, pertama kali ke sini aku beli lauk. Jadi yang ada di etalase depan warung makan tinggal lauk ayam rendang gitu, karena tidak ada pilihan lain aku pun membelinya. Kaget sih pas tanya harga, ya Allah harganya 15ribu dong :') (bangkrut juga lama-lama kalau belanja gini tiap hari) Ya emang gede banget sih dagingnya, sampe aku gamau makan. Liatnya aja sudah kenyang duluan. Besok-besok aku pun membawa lauk kering dari rumah, tapi ya namanya di sini tinggal ga sehari dua hari kita juga butuh makan yekan. Aku pun berusaha mengelilingi pasar terdekat, ternyata sami mawon pemirsa wkwk. Sate pun juga ala kadarnya bahkan waktu itu aku mau minta pake sambal, sambalnya minta ke warung sebelah dong :'). Ya namanya laper daripada masuk angin, tetep gue hajar. Tapi, gak masalah sih soalnya melihat kondisi tempat yang memang bukan khusus untuk wisata kuliner diriku sangat memaklumi. Meski di sini bukan ahlinya tempat kulineran, kopinya jangan ditanya. Siapa sih yang ga kenal dengan Kopi Semendo? Bahkan luar negeri pun tahu kalau produksi kopi di sini rasanya memang mantap! 

kopi dan roti goreng buatan ibu haja dani, uenakkk!!!

Sebagai penggemar kopi, aku mengakuinya kalau kopi semendo itu enak dan tentunya punya khas tersendiri. Kebanyakan petani di sini merupakan petani kecil dengan produksi kopi yang per tahunnya jauh dari rata-rata. Belum lagi kalau harga kopi dunia tidak stabil, tambah kasian dong dengan petani. Tapi ya gimana lagi, kopi merupakan komoditas utama masyarakat Semendo. Jadi tidak heran, kalau mereka nyaris pusing misal hasil kopi dan harga kopi juga turun.

Biasanya memang terbagi beberapa jenis produksi kopi, ada jenis petik merah yang sudah jelas dikatakan kualitasnya bagus, tidak menutup kemungkinan bagi petani yang skala kecil memiliki kualitas yang sama seperti petik merah tetapi sangat sulit. Belum lagi kadar air dan visualnya yang terlihat. Tergantung dari pengelolaan kebun kopinya, keunikan budaya dan juga tempat. Petani di SDL rata-rata menanam kopi jenis robusta, sedangkan di Semendo Darat Tengah hingga Semendo Darat Ulu mereka mengembangkan produksi kopi Arabica. SDL sendiri merupakan dataran yang lebih rendah dibandingkan SDT dan SDU sehingga jenis kopinya pun menyesuaikan ketinggian tempat. Makanya banyak petani kopi smallholder insecure dengan hasil kopi bila dibandingkan dengan petik merah. Ya kualitasnya saja beda, pasti harganya juga beda. Sehingga mereka mengharapkan pembinaan untuk meningkatkan produksi dan kualitas kopi.

kopi lagi wkwk. suka banget sama gorengan ubi yang dipotong-potong. manis dan renyah.

Oke, kayaknya bahas kopi-kopi cukup sini dulu deh. Khawatir terlalu jauh padahal belum ahlinya. Doakan saja~ ^^

Ngomongin soal kopi, aku jadi ingat ketika awal aku berkunjung ke rumah petani selalu disuguhi kopi maka saking menghargai si pembuatnya, selalu aku habiskan. Kalau sehari bertamu itu tiga kali, ya tiga kali juga aku minum kopi. Sampai-sampai aku mulai merasa asam lambungku kambuh :). Makan ga enak, bawaannya mual dan juga demam. Belum lagi, pola makanku yang berantakan. Baru beberapa hari ini sudah mulai ku atur lagi. Jadi, ada suka dukanya perihal ngisi perut haha. 

Pekerjaan ini memang gak mudah, bahkan sedikit tricky karena butuh effort untuk mental dan juga "energi" terutama bagiku yang mudah "lelah". Bagiku ini hanyalah mood swing pada umumnya, bisa jadi aku laper :P, PMS atau memang kurang istirahat. Maka dari itu, pelarianku ketika sudah tidak karuan mood, segera aku cari cara yaitu menghubungi orang-orang yang aku sayang cie elah... Tapi, bener itu ampuh banget. Atau ketika semuanya sulit dihubungi, pelarianku adalah keliling desa dan nangis di pojokan kamar (ini lega banget, serius!). Btw, ga perlu malu ya buat nangis. Menurutku itu adalah bentuk dari mengelola emosi. Karena itu normal. Ketika semuanya semrawut sebenarnya ini tidak lama. Hanya beberapa jam, kemudian berubah lagi kok. Makanya, harus bisa mengontrol sebaik mungkin. 

---
Pelajaran yang aku ambil meski baru beberapa minggu berada di sini yaitu untuk saling menghargai kebiasaan dan budaya setempat. Meski kita tau perihal sesuatu, lebih baik simpan dulu. Barangkali kita menemukan ilmu baru yang belum kita miliki. Sejauh apapun asal kita, tetaplah merendah di tempat lain apalagi tempat yang baru. Terus, kalau merasa lelah lebih baik istirahat dulu wkwk. Jangan hantam-hantam saja, kan bukan robot hehe.
---

So, semangat yaaa buat kita dimanapun dan apapun yang kalian lakukan. Semoga senantiasa berada dalam lindunganNya.

Happy Friday, everyone~

See you in the next post...

LUV.
ZF
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Ngomongin tentang toga, maka aku beranggapan bahwa toga itu bisa jadi akronim dari Tanaman Obat Keluarga atau simbolis dari kelulusan setelah menamatkan kuliah hehe. Tapi dua-duanya memang berkaitan dengan jurusanku. Kalau toga berupa tanaman obat keluarga maka ketika ingin bercocok tanam berupa tanaman herbal maka yang menjadi lirikan pertama kali pasti media tanamnya yaitu tanah. Sedangkan kalau ngomongin toga semacam topi bertali yang dikenakan sebagai simbol kelulusan, maka aku juga pernah berkuliah di jurusan tanah :D sama-sama berkaitan, bukan?


Okay, di postingan kali ini aku tidak akan membahas mengenai toga tanaman herbal melainkan sharing sedikit ilmu yang pernah aku dapatkan di bangku kuliah (psstt... ya kaitan dengan toga simbolis kelulusan tadi xixixi). Semoga bermanfaat yaa!

So, check it out!

Ketika masih menjadi mahasiswi tanah yang kelak akan membawa gelar diujung nama sesuai dengan kuliah yang diampu. Saat bertemu beberapa rekan maupun saudara rasanya pertanyaan mendasar seperti di bawah ini adalah makanan pembuka obrolan yang tak jarang bikin geleng-geleng kepala saja,

"Tanah yang cocok untuk tanaman ini tuh apa ya?"

"Pupuk yang harus dikasih untuk tanaman berapa banyak ya?"

"udah lulus nanti bikin tanah kuburan ya?" 

"Jenis tanah ini namanya tanah hitam kan?"

Eh betul saja. Ketika lulus kuliah jeng jeng, pertanyaan yang sama atau mendekati sudah menjadi makananku ketika bertemu orang-orang yang tahu dengan jurusan kuliahku dulu. Well, namanya juga basa-basi ya tapi kadang jawaban yang diberikan malah menjebak diri sendiri wkwkw. Belum lagi jika ditanya hal-hal yang harus dijelaskan secara rinci dengan bahasa umum. Maka PR juga buat saya supaya lebih banyak membaca jurnal atau literatur lain yang berkaitan dengan pedologi atau ilmu tanah.

Sebetulnya menjadi mahasiswi Ilmu Tanah itu AMAT MENYENANGKAN! Bahkan SANGAT SERU! Ku bilang sembari membuat hurufnya capslock saking semangatnya. Aku pun sering kagum dengan ciptaan Tuhan yang satu ini, padahal saat ini sudah lulus kuliah tapi kegiatan praktikum dan ke lapangan membuatku merindukannya. Bahkan ketika akan menganalisis tanah pun rasa-rasanya seperti membuat adonan kue 😆 (mungkin di lain waktu akan aku post mengenai proses menganalisis tanah). Bagaimana mungkin dari tempat yang kita pijak, ternyata ada juga ilmu yang membuat tanah ini memiliki berbagai jenis dan warna berbeda di belahan dunia manapun.

Bahkan bila kita perhatikan ketika melewati lembah atau jalan yang dipinggirannya terdapat tanah yang terkikis dan tampak seperti dinding yang bergradasi disebut dengan horizon (lapisan) tanah. Peneliti tanah pada umumnya menjadikan horizon ini sebagai clue untuk menentukan umur dari suatu tanah tersebut.

Menurut Kemas Ali Hanafiah dalam bukunya yang berjudul Dasar-Dasar Ilmu Tanah (2005) menjelaskan bahwa,

Pada mulanya tanah itu dianggap sebagai lapisan permukaan bumi yang berasal dari hasil pelapukan bebatuan. Proses pelapukan tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor-faktor genetik dan juga lingkungan diantaranya seperti bahan induk, iklim, organisme, topografi dan waktu. Ciri-ciri tanah dapat dilihat dari sifat fisika, kimia dan biologi yang mana variasinya tergantung pada faktor pembentuk tanah tersebut. 

Sehingga wajar kalau kita menemukan suatu daerah yang tanahnya subur dan juga sebaliknya. Untuk itu mengetahui berbagai jenis tanah secara umum adalah hal yang penting apabila kamu akan melakukan kegiatan yang berkaitan dengan pertanian dan perkebunan bahkan mencari tempat untuk tinggal. Karena tanah adalah komponen penting yang akan menjadi kegiatan manusia yang terus bergerak dan melakukan aktivitas di atasnya dan juga tempat bertopangnya perakaran tanaman, tempat tumbuh serta berkembangnya tumbuhan yang akan menyuplai kebutuhan hara atau nutrisi.

1. Tanah Aluvial

sumber : 99blog.com

Tanah aluvial merupakan jenis tanah yang terjadi karena endapan lumpur biasanya terbawa oleh aliran sungai. Tanah ini biasanya terdapat di dekat daerah yang memiliki aliran sungai atau danau. Tanah ini biasanya berwarna coklat sampai abu-abu. Tanah aluvial menjadi tanah yang subur karena unsur hara yang ada di dalam air secara perlahan terserap ke dalam tanah. Seiring berjalannya waktu, saat air sudah mulai surut, kondisi tanah berubah menjadi aluvial dan subur. Maka dari itu, pada dasarnya tanah jenis ini hanya bisa terbentuk di daerah yang masih alami. 

  • Karakteristik :

Tanah aluvial Tanah ini sangat cocok untuk pertanian, baik padi maupun palawija seperti jagung, tembakau dan jenis tanaman lainnya karena teksturnya yang lembut, kandungan hara yang cukup bagus karena hasil endapan dari hulu ke hilir dan mudah dikerjakan sehingga tidak perlu membutuhkan kerja keras untuk mencangkulnya.

  • Sebaran :

Tanah ini tersebar luas di Indonesia mulai dari Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua dan Jawa.

2. Tanah Andosol 

sumber : materiipa.com

Tanah andosol merupakan salah satu jenis tanah vulkanik yang terbentuk akibat proses vulkanisme pada gunung api. Tanah ini sangat subur dan baik untuk tanaman. Pada umumnya tanah andosol berada di daerah dataran tinggi atau dekat dengan pegunungan. Maka tak heran bila di tempat tersebut mayoritas komoditi utamanya adalah tanaman sayur-sayuran.

  • Karakteristik :

Warna tanah Andosol adalah coklat keabu-abuan. Tanah ini sangat kaya akan mineral, unsur hara, air dan mineral sehingga sangat baik untuk tanaman. Tanah ini sangat cocok untuk semua jenis tanaman di dunia. Distribusi tanah andosol biasanya ditemukan di daerah yang dekat dengan gunung berapi.

  • Sebaran :

Di Indonesia sendiri yang merupakan daerah yang banyak terdapat tanah Andosol yaitu di Jawa, Bali, Sumatera dan Nusa Tenggara.

3. Tanah Entisol 

sumber : ilmugeografi.com

Tanah entisol masih bersaudara dengan tanah andosol tetapi biasanya merupakan pelapukan material yang dikeluarkan oleh letusan gunung berapi seperti debu, pasir, lahar, dan lapili. 

  • Karakteristik 

Tanah ini juga sangat subur dan merupakan jenis tanah yang masih muda. Tanah ini biasanya terdapat tidak jauh dari daerah gunung berapi, dapat berupa permukaan tanah tipis yang tidak memiliki lapisan tanah dan berupa gumuk pasir seperti yang ada di atas. Pantai Parangteritis di Jogjakarta. 

  • Sebaran 

Sebaran tanah entisol ini biasanya terdapat di sekitar gunung berapi seperti di pantai Parangteritis Jogjakarta, dan daerah lain di Jawa yang memiliki gunung api.

4. Tanah Grumusol 

sumber : sosial79.com

Tanah grumusol terbentuk dari pelapukan batu gamping dan tufa vulkanik. Kandungan organik di dalamnya rendah karena adanya batu gamping sehingga dapat disimpulkan bahwa tanah ini tidak subur dan tidak cocok untuk ditanami tanaman. 

  • Karakteristik 

Tekstur tanahnya kering dan mudah pecah terutama pada musim kemarau dan berwarna hitam. PH netral sampai basa. Tanah ini biasanya terletak di permukaan tidak lebih dari 300 meter di atas permukaan laut dan memiliki topografi datar hingga bergelombang. Perubahan suhu pada daerah yang mengandung tanah grumusol sangat nyata pada saat panas dan hujan. 

  • Sebaran 

Penyebarannya di Indonesia adalah Jawa Tengah (Demak, Jepara, Pati, Rembang), Jawa Timur (Ngawi, Madiun) dan Nusa Tenggara Timur. Karena teksturnya yang kering maka tanaman Jati sangat cocok ditanam di tanah ini.

5. Tanah Humus 

sumber : hidupsimple.com

Tanah humus adalah tanah yang terbentuk dari pelapukan tumbuhan. Mengandung banyak nutrisi dan mineral dan sangat subur. 

  • Karakteristik 

Tanah humus sangat baik untuk pertanian karena kandungannya sangat subur dan baik untuk tanaman. Tanah ini banyak mengandung unsur hara dan mineral akibat pelapukan tumbuhan sehingga warnanya agak kehitaman. 

  • Sebaran 

Tanah ini terletak di daerah dengan banyak hutan. Penyebarannya di Indonesia meliputi Sumatera, Kalimantan, Jawa, Papua dan sebagian Sulawesi.

6. Tanah Inseptisol

sumber : dictiocommunity.com

Inseptol terbentuk dari batuan sedimen atau metamorf dengan warna agak kecoklatan dan kehitaman serta campuran agak keabu-abuan. Tanah ini juga dapat mendukung terbentuknya hutan yang asri.

  • Karakteristik :

Ciri-ciri tanah ini adalah adanya horizon kambik dimana horizon ini kurang dari 25% dari horizon berikutnya sehingga sangat unik. Tanah ini cocok untuk perkebunan seperti perkebunan kelapa sawit. Serta untuk berbagai lahan perkebunan lainnya seperti karet.

  • Sebaran :

Tanah Inseptisol tersebar di berbagai wilayah di Indonesia, seperti Sumatera, Kalimantan dan Papua. Maka jangan heran kalau perkebunan sawit berada di wilayah tersebut. Emang cocok buat hidup si sawit :D

7. Tanah Laterit


sumber : ilmugeografi.com

Tanah laterit berwarna merah bata karena banyak mengandung besi dan aluminium. Di Indonesia, tanah ini tampaknya cukup mirip di berbagai daerah, terutama di pedesaan

  • Karakteristik :

Tanah laterit termasuk dalam jajaran tanah tua sehingga tidak cocok untuk ditanami tanaman apapun dan karena kandungan di dalamnya juga. Disebut tanah tua karena unsur hara atau zat makanan yang terkandung di dalamnya sudah sangat sedikit, bahkan hampir habis.

  • Sebaran :

Distribusinya sendiri di Indonesia meliputi Kalimantan, Lampung, Jawa Barat, dan Jawa Timur. 

8. Tanah Latosol

sumber : faperta UMSU

Jenis tanah ini juga salah satu yang terdapat di Indonesia, tanah ini terbentuk dari pelapukan batuan sedimen dan batuan metamorf.

  • Karakteristik :

Ciri-ciri tanah latosol berwarna merah sampai kuning, tekstur lempung dan memiliki horizon solum. Sebaran tanah litosol ini berada di daerah yang memiliki curah hujan tinggi dan kelembaban tinggi serta pada ketinggian berkisar 300-1000 meter di atas permukaan laut. Tanah latosol tidak terlalu subur karena mengandung besi dan aluminium.

  • Sebaran :

Sebaran latosol di Sulawesi, Lampung, Kalimantan Timur dan Barat, Bali dan Papua.

9. Tanah Litosol


sumber : ilmugeografi.com

Tanah litosol merupakan tanah yang baru berkembang dan merupakan tanah yang masih muda. Dibentuk oleh perubahan iklim, topografi dan vulkanisme.

  • Karakteristik :

Untuk mengembangkan tanah ini harus dilakukan dengan menanam pohon agar mendapatkan mineral dan unsur hara yang cukup. Tekstur tanah litosol bervariasi, ada yang lunak, berbatu bahkan berpasir.

  • Sebaran :

Biasanya terdapat di daerah yang memiliki tingkat kecuraman yang tinggi seperti di perbukitan tinggi, Nusa Tenggara Barat, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Sulawesi.


10. Tanah Kapur


sumber : ilmugeografi.com

Seperti namanya, batu gamping atau batu kapur berasal dari batu gamping yang lapuk.

  • Karakteristik :

Karena terbentuk dari tanah kapur, maka dapat disimpulkan bahwa tanah ini tidak subur dan tidak dapat ditanami tanaman yang membutuhkan banyak air. Namun jika ditanam oleh pohon yang kuat dan tahan lama seperti jati dan pohon keras lainnya.

  • Sebaran :

Batugamping tersebar di daerah kering seperti di Gunung Kidul, Yogyakarta, dan di daerah pegunungan kapur seperti Jawa Tengah, Jawa Barat, Nusa Tenggara Timur.

Sebenarnya masih ada banyak jenis tanah berdasarkan morfologi dan klasifikasinya di dunia dalam taksonomi tanah. Namun, untuk saat ini hanya ada kurang lebih 10 jenis tanah yang tersebar di Indonesia. Bahkan bila berkesempatan ke luar negeri, kita bisa menemukan berbagai jenis dan warna tanah yang berbeda serta kesuburannya begitu pula dengan jenis tanaman. Maka dari itu dapat disimpulkan juga bahwa tanaman yang dapat tumbuh baik di suatu tempat memiliki tanah yang sesuai dengan kebutuhan tanaman itu sendiri. Sehingga tidak semua tanaman bisa tumbuh di tempat yang sama ;).

Jadi gimana? Kira-kira tanah di daerahmu jenisnya apa? Sharing yuk di kolom komentar!

See you next post
Cheers!

Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Older Posts

About me

About Me

Halo, aku Zuha. Selamat datang di blog pribadiku yang berisi pengalaman dan segala bentuk tulisan yang mungkin akan membuatmu gembira. Suka langit yang mendung, es kopi dan jalan-jalan. Selamat membaca^^. Drop me a hello at : zfarhanani@gmail.com

Mari Berteman!

  • instagram
  • tumblr
  • twitter

Postingan Terbaruku

Label

beauty blog competition cerita cerpen film hand lettering hobby jalan-jalan opini pengalaman pertanian review soil tips young researcher

Blog Archive

Total PV

Popular Post

  • Menunggu dalam Penantian Entah Karir atau pun Percintaan | Random yang sangat random...
    Ciattt... I want to talk about something I found every day in my life. This so sucks, but we never know it. Sometimes we have a reason to re...
  • REVIEW : EIEM BEAUTY | Water Bank Moisture Gel
      Memiliki jenis kulit wajah yang normal - kombinasi terkadang sedikit butuh kejelian dan trick supaya menggunakan produk perawatan kulit ti...
  • REVIEW : BIORE UV SPF 50/PA+++ | Fresh and Bright
    Bagiku saat ini penggunaan tabir surya tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Saking pentingnya, apabila memulai hari dan belum m...

Created with by ThemeXpose