• Home
  • About
  • Review
    • Beauty
    • Film
  • Hobi
    • Handlettering
    • Recipe Ala Zuha
    • Travel and Culinary
    • Coffee First
  • Life
  • Small Bussiness (soon)
Diberdayakan oleh Blogger.
twitter instagram Tumblr

Blognya Zuha

Because every day is special to me


Warning!
Tulisan ini bakalan sedikit "belepotan" dan banyak gambar absurd tapi informatif, mudah2an... 

Halo gengs~
Gimana kabarnya usai libur lebaran? Cukup puas bukan dengan waktu liburnya untuk kumpul bareng keluarga, sahabat dan juga kekasih hati cieelah yang punya kekasih yang ga punya ga usah sedih, kekasihmu mungkin lagi di (imagi)nation yang lain :P :3 ga ding, juskid doang ygy 😝

Mau ada atau engga kekasih, mudah-mudahan kalian senantiasa diberi kesehatan dan juga kebahagiaan sederhana yang bisa ditemukan dari sudut manapun. Lagipula kebahagiaan itu kita sendiri yang menciptakan, ga mungkin dapat give away. Sorry, canda (lg) ga lucu pula 💤

Anyway, aku mau berbagi cerita tentang kegiatan jalan-jalanku yang kalau zaman sekarang itu dikenal dengan staycation, hiyaaaa. Maunya sih vacation gitu kan yaa ke luar provinsi terutama di luar sumatera, tapi apalah daya kita masih anak korporat, rakjel dan belum (jadi) sultan. Ini aja udah bersyukur banget bisa ketemu sama dua orang yang dulu keberadaannya sama sekali tidak saling anggap wkkwkw syedii... Btw,ini tuh merupakan staycation pertamaku dan tentunya bareng kedua sobiku dari geng Teh Tarik Cantik. Background story dulu nih ya, jadi awalnya kita bertiga ini tu sama-sama punya circle sendiri-sendiri. Kita sebut aja "geng" ya, meskipun kesannya kok kayak belagu banget sok geng-gengan haha. Aku dengan geng gang buntu (kebetulan lokasi kosku nama gangnya itu gang buntu), Esti dengan gengnya, gatau apa namanya dan juga si Nisak yang tipenya social butterfly dimana-mana ada aja circle ni anak jadi ga heran kalau lingkaran pertemanan Nisak yang cukup luas di tiap fakultas pasti ada aja temannya. Sebetulnya masing-masing kami ini punya lingkaran yang saling berkaitan. Tapi, kayaknya banyak kerjaan banget gak sih ngurusi gituan. Praktikum pas kuliah aja laporannya ga kelar-kelar geh. Padahal bakal berguna banget kalau jaringan pertemanan itu punya faedah luar biasa terutama ketika mau cari kerja. Meskipun punya circle sendiri-sendiri kami masih menjalin hubungan baik kok dengan circle lainnya. Karena menjalin silaturahmi itu kunci biar luas rezeki, panjang umur, banyak bersyukur dan sebagainya. Hingga saat ini yang betul-betul bertahan itu kadang satu, dua atau tiga pokoknya mau bertahan atau engga tetaplah menjalin silaturahmi dengan baik😉

Okay lanjut mengenai terbentuknya si TTC ini. Suatu hari, qodarullah kita bertiga dipertemukan di sebuah kampus bernama Universitas Sriwijaya... Pertemuan kami sebenarnya sudah terjadi sejak mahasiswa baru. Kami sama-sama satu jurusan, satu angkatan dan satu kelas juga. Tapi, baru menyadari kalau mereka "ada" di tahun 2018. Saat itu sedang hectic-hecticnya kita praktikum, eh aku yang pengen jalan-jalan ke Jawa ketemu dengan mereka yang juga punya keinginan sama! Kami yang sangat sok ambis untuk kegiatan kayak gitu tapi IPK ga cumlaude, kecuali Esti 🙈, masih aja maunya jalan-jalan. Tahun 2018 saat itu ada kegiatan himpunan jurusan tanah skala nasional dari Universitas Padjajaran, Bandung. Karena saat itu Era sebagai ketua divisi prestasi ngasih tau ada kesempatan buat ikut kegiatan ini dan kebetulan kita bertiga tertarik kita pun coba untuk mengajukan proposal kegiatan beserta dana menuju ke sana. Alhamdulillah, selang waktu satu bulan kurang lebih proposal kita diterima! Yaudah sejak saat itu kami menjadi dekat dan sering tukar cerita, kekesalan, ghibah masa depan (yang ternyata kejadian buat staycation ini) serta tak luput juga kegiatan debat terutama aku sama Nisak. Bukan hal aneh kalau kami debat hanya masalah sepele dan pastinya kalau bestie-an bertiga, yang satunya bakal jadi penengah. Tapi si Esti ini justru jadi penengah tapi dia diem bodo amat, kecuali kalau dah kesel, waduh ngeri cuy~ kakak taekwondo, ga ada lawan lho:D.

Aku gak tau ya, tulisanku ini rapi atau engga yang pasti aku merasa kayaknya belepotan banget. Kalau ada salah ketik atau ambigu boleh komen di bawah biar rame ni blog, sepi banget deh. Maklum aja, alur cerita terbentuknya nama Teh Tarik Cantik ini betul-betul absurd, guys. Kita dulu waktu zaman kuliah, suka nongkrong di kantin pada tiga waktu ini : ketika makan siang, kelas kosong dan sebelum pulang ke kosan. Tapi ga jarang pagi-pagi pas mau nunggu dosen pembimbing, dah nongkrong aja di kantin:). 

dokumentasi tahun 2019/2020 seingetku, pas ngantin di faperta unsri

Waktu itu, karena dah siang mana laper, haus dan bingung mau mesen minuman apa, eh Nisak bilang ada minuman bernama teh tarik sachet, katanya itu enak, yaudah aku dan Esti ngikut soalnya panas banget Layo biar cepet gitu loh, sejak saat itu setiap ngantin ujuk2 dateng pasti si ketua (read:nisak) selalu bilang gini,

"Yuk, biaso es atau Te, biaso es."

Karena tante kantin hapal minuman favorit kita bertiga akhirnya dikasih deh julukan, 

"Nah, ini pesenan teh tarik cantik." 

Gatau kenapa dikasih label cantik, ujungnya. (PD banget sumpah, yaaaa gapapa kan perempuan wajar dong cantik #tsahhh pembelaannya bukan main, yang ga suka let's sing : you insecure don't know what for 🎤(???) lah kok nyanyi. Tetaplah merendah, gengs😉).

Kurang lebih gitu ya gengs awal mula julukan Teh Tarik Cantik terbentuk. Ga ada yang istimewa sih, tapi bagiku sangat memorable. Karena sejak Teh Tarik Cantik terbentuk pasti ada campur tangan Allah dan Allah berikan banyak cerita yang darinya aku bisa belajar banyak hal. Entah ketika penelitian tugas akhir jadi mudah, tempat bertukar pikiran jadi seru dan juga bisa patungan kalau mau jalan-jalan wkwkwk. Sebelumnya aku pernah cerita tentang geng miniku ini kalian bisa baca ke sini.

Qodarullah, kami juga sama-sama lulus bareng! Satu peminatan dan tentunya pembimbingku dan pembimbing mereka ga jauh beda, makanya selang beberapa minggu usai aku sidang, dilanjutkan ke Esti dan Nisak. Momen paling seru di waktu itu ketika mau ngurusin berkas untuk kelulusan dan dilancarkan banget sama Allah melalui bala bantuan mereka, karena mengurus dokumen kelulusan itu ribetnyaa maa sya Allah. Yaaaa semoga bride to be-nya nanti juga nular 😘👅eh tapi perihal bride to be is not a competetion, gengs~ Siapa yang siap dan dah ada calonnya, gas aja lah. Kalau belum siap, jangan deh kan untuk seumur hidup jadi ga bisa sembarangan hiyaaa~ Semua pilihan ada konsekuensi tersendiri yang penting ikhlas menjalani, uhuyyyyy bahasa gue bijak banget 😅😎.

Okay kayaknya, opening ini puanjang sangat! Sebelum masuk ke sesi sharing dari kegiatan selama staycation, aku mau kasih secuil tips yaa siapa tahu berguna buat kalian yang mau melakukan kegiatan serupa bisa klik di sini yaaa gengs. Btw, ini tu waktunya hanya satu hari dan satu malam, ga jauh dan emang ga lama. Malah kami geli sendiri kok kesannya kayak minggat dari rumah 😂. Bedanya kami sudah punya izin orangtua. Maklum, strict parents can relate about keluar rumah sampe nginep :') meski umur dah hampir seperempat abad dan udah biasa ngekos. Tapi, tetep aja kudu izin dan direncanakan ygy~

Nah, sekarang aku cerita lagi yaaa, ngapain aja sih kita selama staycation? Yuk, disimak sampai habis!

Naik LRT menuju OPI Mall Jakabaring


Perjalanan kami dimulai dari rumah Nisak menuju LRT RSUD Palembang dengan menggunakan jasa taksi online. Kesempatan menggunakan promo jangan disia-siain meski budget lebih jadi bisa dialokasikan ke yang lain. Nah, kebetulan nih aplikasi taksi online lagi  banyak promo, lumayan banget kan. Sesampainya di stasiun LRT RSUD Palembang, kami memesan tiket seharga Rp5000/orang dan menuju lantai atas melalui lift. Lalu menunggu sekitar beberapa menit hingga kereta tiba dan kami segera masuk dengan tertib. Suasana di gerbong hari itu cukup ramai, gengs. Karena kami berada di waktu weekend jadi ga heran kalau isi kursi LRT ini rata-rata penuh. Perjalanan menggunakan LRT menuju Jakabaring memakan waktu kurang lebih 40 menit. Tiba di stasiun akhir yaitu DJKA Jakabaring, kami berjalan melalui jembatan yang panjang dan cukup melelahkan, mantapjiwa karena hari itu memang sangat cerah dan juga terik. Serius ini demi naik bombom car, ide si Esti. Meski panas menyengat, kami tetap semangat! Sayangnya, pake acara salah outfit pula, harusnya pake sneaker atau sepatu gitu, eh ini malah sendal dan flatshoes, kerasa banget pegel-pegel kakinyaaaa pas malem hari! 



Nyobain Main Bom-bom Car di GSG Gokart OPI Mall


Ngomongin soal bom-bom car yang mana ini tuh ide si Esti. Ternyata asik juga yaaaaa, gengs. Karena aku termasuk pengguna baru permainan ini, jadi agak kagok juga bingung. Kalau kata kang pegawainya cara mainnya itu hampir sama seperti mengendarai mobil matic (mikir keras, ah apa iya? aku aja blm bisa mengendarai mobil). Tapi, tenang gengs selama kalian main ini kalian bakalan didampingin sama pegawainya kok ga perlu takut nabrak soalnya aman dan kalian bakal diberi tahu sama pegawainya cara mengoperasikannya. Awalnya aku gugup takut ngerusakin ni barang, tapi ternyata lama-lama enjoy aja mainnya. Terutama Esti dan Nisak, udah macam ketemu mainan baru deh. 

Sayangnya, lokasinya itu kan di rooftop gedung OPI Mall, jadi beneran kerasa banget panasnya yang menyengat, jangan lupa pake sunblock yaaaa kalau ada sarung tangan lebih bagus lagi tuh, biar makin puas ga takut belang. Harga masuk ke sini sebesar Rp75.000. Cukup mahal juga sih kalau melihat fisik mobil-mobilannya, misalnya kesenggol dikit kena oli. Saranku hati-hati monmaap jangan pakai rok atau gamis yaaaa, sebaiknya jilbab diikat sebaik mungkin supaya ga nyangkut di bagian body mobilan ini. Atur aja senyaman kalian kalau biasa menutup dada, masih aman. Cuma yaa kemarin aku sayang-sayangan sama sepatuku, tapi syukurlah aman terkendali, gengs! Btw, meskipun kondisi fisiknya agak brutal tapi kami cukup puas karena pertama kali, pegawainya sigap ketika ada trouble dengan si mobil-mobilan apalagi panas terik loh, Sebelum kita main mobilannya, kita bakalan dikasih penutup kepala dan juga helm supaya safety👍. Pinter-pinter aja ya milih helmnya, soalnya kalau ga pandai milih dapetnya yang bau rambut orang :')...




Makan Siang di Gerai Ayam Api🔥🍗🐥


Ini sebetulnya gak mau endorse tapi gatau ya karena aku suka aja nulis ginian, jadi aku selipin deh. Nah, berhubung kita-kita dah laper dan di OPI adanya Richeese Factory yang baunya pun menggugah selera, kita pun melipir ke gerai fast food ayam api ini🍗🐥🔥. Btw, harga masih sama yaaa ga ada bedanya. Rasanya juga sama aja sih seperti pertama kali nyoba, cuma karena aku punya pengalaman lidahku nyaris gosong gara-gara sering menyeruput minuman panas, alhasil tiap makan si ayam api ini rasanya ga nyaman banget, udah pedes, panas lagi. Tapi, ujung-ujungnya abis :) bawaan laper🙏.

Check in Hotel, Yeay!

Poin utama dari staycation ini adalah nginep di hotel dan kalau dipikir-pikir persis banget kek minggat ya... Nah, setelah pulang dari OPI Mall kami segera menuju hotel untuk check in. Kita menginap di sebuah hotel yang paling dekat dengan PTC Mall. Tapi, tunggu dulu sahabat kita check in ini cuma mampir bentar  sekalian solat zuhur, touch and dress up tipis-tipis. Sumpah, sampai sini kaki dah kerasa mau lepas saking pegelnya.

Ke Foto Studio untuk Mengabadikan Momen

hasil cetak foto di Swafoto Studio Palembang

Termasuk dalam to do list juga, usai dari hotel kita bertiga menuju self photo studio yang terletak di Jl. Seduduk Putih belakang PTC Mall. Karena lokasinya termasuk hidden gem jadi harus jeli supaya ga nyasar, kebetulan studio fotonya mudah ditemukan karena ada plank yang terpasang di depan rumah. Kami memesan jasa studio foto ini sehari sebelum kesini melalui whatsapp, mengambil durasi waktu 15 menit dengan harga Rp150.000/dua orang karena kita bertiga nambah Rp40.000 itu sudah termasuk cetak foto dan file yang dikirim melalui gdrive, cukup affordable mengingat rata-rata harganya bisa 80rb ke atas. Apalagi studio ini meski kecil tapi nyaman, dingin karena dilengkapi AC, wangi dan juga homey banget. Pelayanannya ramah, toiletnya bersih dan luas serta aksesoris buat fotonya juga lucu-lucu hehe.

tampak depan studio foto


Btw, nama studionya itu Swafoto Studio Palembang. Studio foto ini menyediakan remote shutter  buat kita mengambil gambar, sehingga kita bisa bebas mau pose apa saja tanpa khawatir kikuk karena diliatin sama kang foto. Aku gak sempat mendokumentasikan suasana di dalam studio, soalnya dah terlalu menikmati momen.


ngeMall, Hunting Kado dan Makan Malam

Setelah puas foto cekrak cekrek dengan berbagai pose yang ternyata kalau diliat-liat gayanya kok ga ada yang beda 😆 udah gapapa yang penting puas banget bisa foto di studio. Apalagi hasilnya juga bikin hati seneng, jadi kami pun bahagia banget bisa membawa pulang foto-foto tadi.
Okay setelah tiba di PTC Mall, kita langsung bubar sejenak untuk nyari kado. Bebas mau apa aja yang penting kado. Jujur selama di PTC Mall buat nyari kado, aku hampir tersesat di gedung seluas ini. Terakhir ke sini itu tahun 2021 jadi wajar kalau aku lupa dimana store yang biasanya jual pernak pernik atau barang-barang buat kado. 

Ketika sampai di lantai tiga kami bertiga menyebar ke store yang beda-beda, aku turun ke lantai dua. Pikirku, di sana akan menemukan barang-barang yang bagus ternyata salah, cuy. Karena dah biasa tersesat gini, aku pun bertanya ke mba-mba SPG Guardian. Syukurlah orangnya baik dan ramah jadi aku bisa tanya sejelas mungkin. Setelah diberi tahu tempat yang ku maksud, aku pun naik lagi ke lantai tiga dan menemukan store yang kucari. 

hasil hunting kado, dan tadaaa ini kado kita bertiga

Aku termasuk manusia yang sangat sulit membuat keputusan dalam memilih hadiah. Serius! Bahkan, bisa menghabiskan waktu berjam-jam hanya scroll online shop untuk mencari barang sebagai hadiah. Gampangnya kalau boleh milih aku lebih prefer untuk memberikan uang langsung, tapi rasanya udah beda kalau diberi kado berupa barang dan diberi uang. Apa yaaa, kurang berkesan aja gituloh. Jadi, emang butuh effort buat ngasih kado makanya aku salut ke orang yang jago kalau ngasih kado karena milih barang untuk kado ternyata ga mudah, bagiku xixixi.

Setelah selesai mencari kado, kita janjian kumpul di Baropi buat makan malam. Tips nge-grill di AYCE ni yaa, jangan ngambil nasi atau side dish kebanyakan. Kalau bisa gausah, soalnya itu yang bikin cepet kenyang jadinya kita kalap dan sayang banget kan kalau mau nge-daging malah kekenyangan oleh karbo semua. Makanya kami bertiga sama sekali ga ngambil nasi goreng dll, fokusnya cuma mau nge-daging dan lalapan doang. Alhasil, kami puas banget.

muka capek jalan-jalan dan kelaperan tapi senenggg

Back to Hotel, Tukeran Kado, Makan (lagi) dan Istirahat

Akhirnya setelah jalan-jalan seharian, bener-bener seharian kita pun pulang ke hotel dan segera bersih-bersih. Tunggu dulu, shay kalau lagi ngumpul sama sobi tu emang rasanya selalu kurang kalau ga sambil ngemil (dasar perempuannn, makan mulu 😄). Lagi-lagi, ni para cewe yang doyan makan pun mesen makanan lagi. Kali ini ditemani dengan pizza dan coca cola. Coca colanya spesial karena dibekalin sama mamah doi😝 (makasih, mah😍).

finally setelah sekian lamaaaa, akhirnyaa kita bisa kumpul lagi dengan hidangan yang agak "dewasa"

Sembari nyemal nyemil, kita pun tukeran kado. 
Bagian yang cukup bikin haru tapi mau ngakak juga. Gaktau ya, ga bisa sedih-sedihan kalau sama mereka tuh. Soalnya kocak sih tiap mau bikin kalimat yang agak melow mesti nahan ketawa wkwk. Udah bawaan pabrik kali ya, giliran pas sendirian pada doyan mellow-mellow. 
Btw, makasih ya gengs sudah bertahan menjadi sobiku selama hampir lima tahun ini. Yaaaa, kita tu sama-sama banyak kurangnya termasuk aku yang lemot banget kalau diajak ngobrol, kadang juga suka sok sibuk ga bisa ketemuan, hobi ngread pesan doang wkwkw tapi aku senang dan bahagia punya sahabat kayak kalian💝 (senggol Nisak Esti yang entah dibaca atau engga sampai akhir).

Setelah tukeran kado, bercerita cukup panjang ngalor ngidul sampe tengah malam, perut dah kenyang, kantuk pun datang hingga akhirnya kita terlelap menuju kepulauan yang paling tenang yaitu pulau kapuk 💤💤

Fiuhhhh...
Baiklah, akhirnya ya gengs, staycation versi Teh Tarik Cantik aku cukupkan sampai di sini dulu. Yaaaa, meski sangat singkat tapi bener-bener memorable karena lagi-lagi ini tuh sudah jadi dreamlist kita bertiga sejak kuliah. Sebenarnya masih banyak dreamlist geng mini-ku ini, tapi ya menyesuaikan kondisi terutama kondisi keuangan juga sih wkwkw. Kapan lagi kan mumpung masih muda, belum punya suami (kalau dah punya suami we have boundaries tentunya (Mudah2an suami2 kita kelak pengertian ya bisa kasih waktu buat quality time bareng sahabat, ga perlu sering, kadang-kadang aja lah😝Aamiiin) pinggang masih oke, badan masih bugar jadi kumpul sama sahabat kalau bisa jangan dilewatkan. Siapa tahu ada rezeki lagi, bisa travelling lebih jauh yaaaa TTC-kuu...

Sekian cerita keseharian kita selama staycation satu hari dan satu malam. Banyak-banyak doa, rajin-rajin nabung geh biar bisa jalan-jalan lagi xixixi.

Mudah-mudahan tulisanku ini bermanfaat yaaa.
Sampai jumpa di postingan selanjutnya, gengs!

See you~
Cheers

LUV
ZF





Share
Tweet
Pin
Share
1 comments
Kapan pastinya aku mulai terobsesi dengan objek di langit, aku lupa. Yang pasti ketika langit malam cerah dan tidak hujan, aku sangat senang menatap bulan yang bersinar dengan pendarnya nan anggun di atas sana.
Biasanya ketika di malam hari terutama di bulan ramadhan, akan lebih mudah dan sering melihat terang bulan. Karena ketika malam usai tarawih adalah kesempatan untuk bisa melihat indahnya pemandangan langit.

Satu dari banyak keinginanku sejak dulu dan tak pernah berubah adalah ingin berkunjung ke Observatorium Bosscha di Bandung. Entah kapan ya bisa wisata edukasi ke sana xD... Mungkin suatu saat bersama keluarga kecilku asiqueeee~ 

Oh ya, malam ini langit di daerah tempatku tinggal sedang cerah. Padahal sore tadi hujan deras mengguyur wilayah ini lho. Pas keluar kosan, liat langit malam maa sya Allah ada sinar bulan indah sekali. Btw, emang paling bener tu liat dengan mata telanjang ya. Ini karena kamera ponsel yang tidak memadai makanya hasilnya gak jelas banget 😁.



Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Memasuki puasa hari ke dua belas (kalau ga salah hitung) ternyata waktu sangat runcing dan gesit seperti pedang~
Bukan mau ngeluh gegara puasa tahun ini ga di rumah. Tapi, pengen nulis tentang secuil keseharianku selama bulan ramadhan di kosan. 

Tahun 2022 lalu selama bulan puasa aku masih di rumah dengan status full time anak buah pak bas (sebutan bapake). Buka puasa dan sahur juga bareng orang tua karena belum punya suami :p (ealah). Nah tahun ini, aku kembali merasakan sahur dan buka puasa sendirian di kosan. Hamdalah, bisa merasakan hidup kembali seperti mahasiswi walaupun kali ini biaya hidup tidak lagi ditanggung oleh orangtua :3.

Semenjak hampir tiga bulan berada di sini, kadang-kadang aku rindu dengan omelan mamak saat aku susah bangun untuk sahur. Entah kenapa, ketika tinggal sendirian malah mudah banget buat bangun sahur. Bahkan aku yang malas-malasan masak, tiba-tiba jadi rajin. Tiba-tiba senang masak. Tiba-tiba senang ini itu yang di rumah biasanya ogah-ogahan.

Namanya di desa, jadi suasananya tenang walaupun kadang-kadang sering kaget suara motor jambrong yang bikin telinga ga nyaman karena suaranya yang cempreng. 

Selain itu, baru aku tahu kalau di sini ada namanya pasar bedug. Pasar bedug biasanya menjual makanan untuk berbuka puasa atau takjil, cukup banyak pilihan. Tapi, aku belum tertarik mencobanya. Kemarin hanya sekadar lewat dan melihatnya sekilas. Menggoda memang.

Nah, selain pasar bedug. Fakta lain yang ku temukan di sini adalah tidak ada indomaret atau alfamart. Aku yang hobinya jajan di minimarket tersebut, kini mulai jarang. Alhasil, lebih memilih untuk bikin camilan sendiri di kosan. Walaupun yang dibikin itu-itu doang xD.

Oke dimulai di pagi hari...

Tahun ini tidak ada resolusi ramadan yang muluk-muluk. Cukup dengan tidak tidur usai sahur, konsumsi sayur lebih sering, minum air yang cukup dan tentunya tidak berlebihan ketika berbuka. 

Tumis sawi putih telur dan ikan goreng

Menyadari umurku di tahun ini akan memasuki seperempat abad, aku merasa butuh udara segar untuk hidup lebih sehat. Yah, walaupun masih suka cheating makan mi di malam hari pas nonton drakor maka aku berusaha untuk memberi batasan dalam hal tersebut. Bisa kan ya?
Bisa dong...

Setelah berhasil tidak tidur usai sahur dan usai subuh, biasanya memasuki duha aku ngantuk parah. Maka biasanya aku akali dengan jalan-jalan kecil di teras depan kosan atau kalau sudah betul-betul ga kuat menahan kantuk, aku tidur beberapa menit dan bersiap untuk ke lokasi tempatku bekerja. 

Ketika di siang hari, ini adalah waktu-waktu krusial apalagi saat matahari berada tepat di atas kepala. Nah, kalau pagi rasa lapar itu kuat banget kan biasanya sarapan (tolong, manusia ini padahal baru sahur) sedangkan di siang hari rasa haus yang luar biasa. Sebabnya, aku memilih untuk tidur siang (itu pun kalau sempat) biasanya. 

Sore hari, ketika memasuki waktu ashar sudah waktunya mikir mau makan pake apa. Takjil apa. Esnya apa. Hufffft... paling gampang dan menurutku ternyata cukup adalah dengan air mineral dan kurma. Serius, selama ini aku gencar buat nyari takjil kayak es buah, sop buah, jajan-jajanan dan sebagainya. Ternyata, berbuka dengan kurma dan air mateng aja itu sudah cukup. Yaaaa, gak masalah kalau mau jajan. Hanya saja, kalau jajanannya ga habis dimakan itu sayang banget.

Baru-baru ini aku ikut buka bersama dengan tetangga kosanku. Jadi, mereka membuat jamuan dan suguhan yang luar biasa banyak untuk anak kosan seperti kami (cieelah anak-anak). Alhasil, aku yang selalu ga enakan kalau menolak pemberian apalagi sudah disediakan di depan mata sulit menghindar. Maklum, anaknya kalau dah sayang tu sayanggg banget #eh maksudnya kalau mubazir dan rasanya ga tega aja kalau makanannya ga habis (ini yang bikin sulit, padahal maunya defisit kalori. But why, so difficult? T.T xixi).

bertemu tetangga kosan yang ramah dan baik^^

Malam hari...
Ramadhan identik dengan solat sunnahnya yang memilki banyak keutamaan yaitu, solat tarawih. Heu, dipikir-pikir aku solat tarawih di masjid sejak tahun 2016 sampai sekarang sudah jarang di masjid. Why? Bisa dilihat kondisi yang hmmm sepertinya lebih baik di rumah saja. Sedih sih, tapi gimana sikonnya. Jujur kangen masa-masa pas masih kecil. Semangat 45 begitu membara dari awal puasa sampai akhir untuk selalu solat tarawih. Hihi.

Btw, jarak kosan ke masjid itu kalau jalan kaki kurang lebih sekitar sepuluh menit. Tapi, kalau berkendara dengan motor hanya tiga menit. Belum lagi daerah di sini ga ada lampu jalan dan masih banyak hutan. So, mendingan di rumah aja.

Yaaa, sekian sejumput kisah tapi bukan garam yang dicubit buat bumbu masakan selama ramadan di tanah tunggu tubang ini. Yaaa semoga bisa jadi bacaan yang bermanfaat :).
Jangan sungkan untuk meninggalkan jejak di kolom komentar, kawan <3.

Salam hangat dari aku, 
Happy fasting everyone!

LUV!
ZF

Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hingga aku menuliskan kalimat ini dan aku memutuskan untuk menempatkannya di postingan blog pribadiku. 

Tidak ada yang spesial hari ini, pekerjaan sangat santai sampai bingung mau ngapain tapi tetap sibuk berkutat dengan hal-hal ringan, hamdalah bisa memasak tumisan kacang panjang, telur dadar, mi tumis buatanku dan juga es kopi setelah sekian hari aku lewati sesi untuk menikmatinya.

Bangun pukul enam pagi di hari "bebasku" aku ingin melanjutkan petualangan ke dunia pulau kapuk. Sayang, aku tertampar pelan oleh kenyataan bahwa aku bukanlah keturunan sultan dan bukan pula pewaris saham perusahaan Aramco. Yah, aku tau dan sadar diri.

Lalu sesi selanjutnya aku menyegerakan menuju kamar mandi untuk bersih-bersih dan mandi. Beneran ga bohong, air di sini dingin banget! Ngambek mulu dia tiap pagi 👿😒

---

Oh ya, kemarin aku mendapatkan teh bubuk dengan merk jadul dan ku ketahui itu merupakan produk lama. 

aku yang terlalu norak atau apa ya, baru tau ada merk teh gini :D

tulisannya aja masih baheula bangettt

Ngomongin soal makanan, aku mencoba memasak hari ini. Kemarin ketika pulang ke rumah, aku membawa sedikit sayuran seperti caisim, kacang panjang dan kembang kol. Lalu segenggam cabai warna-warni dan juga bawang putih dan merah lima butir yang mana di rumah stoknya tinggal segitu. Yaudah bungkus! Ceritanya di sini tuh susah kalau mau cari baput bamer yang seger-seger. Pasar kalangan adanya seminggu sekali, begitu kemarin beli di warung bawang putihnya sudah bertunas xD.


Mie Tumis ekonomis non kecap 

telur dadar caisim + ayam suwir buatan mamake

Karena di mess, tidak ada beras dan bumbu-bumbu masakan terbatas. Aku mampir ke sebuah warung grosir membeli bumbu masak instan yang mana itu lebih gampang dan enak (?)

Rasanya menjadi anak kos-kosan setelah dua tahun lebih engga ngekos itu seru-seru gimana gitu ya. Apalagi tinggalnya di desa, semoga makin banyak inisiatif dan ide bukan ngeluhnya (eh) 👀😳



Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Sudah hampir empat minggu aku berada di sebuah desa kabupaten Muara Enim. Tepatnya di Kecamatan Semendo Darat Laut. Pekerjaan yang membawaku ke tempat ini, bertemu dan meninggalkan jejak rekaman kehidupan pada lingkungan dan tempat yang baru (lagi). Setiap Senin pagi usai subuh, aku berangkat menuju lokasi mobil angkutan desa "ngetem" di depan rumah sakit umum Lahat. Tepat pukul enam pagi, mobil tersebut berangkat menuju Semendo. Aku menyebutnya mobil keranjang, karena bentuknya seperti keranjang hehe. Lebih dari itu kita harus menunggu mobil angkutan lain di waktu yang agak siang sekitar jam sembilan hingga sebelas. Dua jam setengah di perjalanan meski bosan dan ngantuk, tapi kalau lagi beruntung dan tidak hujan maka kita bisa dengan leluasa menikmati panorama alam yang disuguhkan. Indah banget! Pertama kali aku tiba di Desa Muara Dua, Semendo Darat Laut yang aku rasakan adalah suhunya yang dingin. Benar kata mamak, kudu mengenakan jaket. Untung aku nurut, jadi terbantu meskipun sebenarnya masih saja rasa dingin begitu menusuk tulang.

lukisan alam ciptaan Tuhan memang tak pernah habis untuk dinikmati. ini baru sefruit bentang alam 

Semendo, merupakan daerah yang terkenal dengan satu tradisinya yaitu Tunggu Tubang. Sejauh yang aku tahu, tradisi ini telah dilakukan oleh masyarakat semende secara turun temurun yang mengatur tentang pembagian harta warisan dari orang tua kepada anak perempuan tertua. Hingga kini adat atau tradisi ini masih berlaku.

Sebenarnya pembahasanku bukan tentang itu sih, tapi hanya sekilas saja menyenggol tentang tradisi tersebut dan menurutku unik. Karena memang setiap daerah di Indonesia maupun di dunia sekalipun ada filosofi yang diangkat dan itu sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat tempo dulu, sekarang dan akan datang.

rumah panggung. ciri khas bangunan tempat tinggal masyarakat Semendo

Sejauh perjalananku hingga kini, setiap melewati jalan dengan jejeran rumah panggung dan penduduk yang beraktivitas seperti biasanya mempunyai daya tarik tersendiri. Kegiatan masyarakat yang menjadi ciri khas di tiap desa, terutama di sini. Baik pagi maupun sore hari. Ada yang bersiap mau ke kebun, ada anak-anak kecil yang menggunakan busana muslim menuju surau atau masjid untuk mengaji di sore hari dan juga ibu-ibu yang duduk-duduk bercengkerama satu sama lain dan sebagainya. Satu hal yang ku dapatkan dari sifat mereka adalah orangnya ramah. Mau kamu ga kenal sama mereka, kalau kamu senyum pasti mereka bakal senyum balik dengan sangat manis! 

Minggu pertama berada di sini, hujan turun dengan deras setiap hari berturut-turut. Wajar saja kalau suhu udaranya rendah bahkan aku sampai menggigil dan demam di hari ketiga😳. Lokasi tempatku bekerja berada di pusat desa Muara Dua, kurang lebih seratus meter dari kantor desa Muara Dua. Kami menyebutnya sebagai Agrohouse (meski jauh dari ekpetasiku dulu wkwk). Pekerjaan yang mana tugasnya tidak mantap di dalam ruangan, lebih sering mengunjungi petani dan melakukan pertemuan yang berkaitan dengan role kerja.

Sebagai pekerja lapangan, kadang yang menjadi hal mengkhawatirkan bagiku adalah takut padahal belum mencoba. Aku termasuk manusia yang mudah cemas ketika akan keluar rumah untuk bertemu orang baru di sebuah kegiatan, terutama orang yang jauh lebih tua dariku. Bahkan pernah suatu waktu perutku mual dan kepalaku pusing. Hanya saja, setelah ku paksa untuk keluar dari zona tersebut semuanya hilang. Meskipun energiku terkuras habis tetapi tetap saja, aku mau tak mau harus menikmati walaupun lebih banyak diam memerhatikan.

viewnya, maa sya Allah cantik banget!

Bekerja di lapangan itu memang harus kuat mental. Harus sok akrab namun tetap menghargai batasan dan paham menempatkan sesuatu pada tempatnya alias yaa punya attitude lah. Selain itu juga minimal tahu bahasa setempat kalau pun benar-benar tidak tahu banyak-banyaklah bertanya. Gausah malu dikatakan telmi, banyak tanya dan sebagainya. Malu bertanya, salah kaprah kan ga enak wkwk. Tapi, atur sebaik mungkin supaya tidak terlihat bego banget. Nanti malah dibodohin jadinya kan riweh. Belajar dari pengalaman sebelumnya, aku persis kaya batu yang planga plongo melihat lawan bicaraku gatau ngomongin apa. Akhirnya ku beranikan untuk bertanya dengan mengambil kata yang menurutku itu kunci dari sebuah pembahasan tersebut.

Karena tidak pandai memulai obrolan, tetapi pekerjaan ini menuntutku untuk berinisiatif memulai berbicara maka trik pertama yang aku lakukan biasanya bertanya kabar dan kondisi atau aktivitas pertanian di kebun kopi. Selanjutnya lawan bicaraku (biasanya bapak-bapak) akan banyak menjelaskan panjang lebar haha dan aku pun lebih banyak menjadi pendengar, tapi sayangnya malah canggung kalau obrolannya habis. Sulit sekali, ya. Tapi, lama-lama aku nikmati. Susah cuy, buat memulai obrolan apalagi dengan orang baru walaupun susah bukan berarti ga bisa. Just one key, if wanna make a conversation you must have attitude to make other feels that you are right person to them and be humble. 

Intinya kalau ngobrol itu yang sopan dan juga banyak-banyak ikut orang diskusi biar dikenal dan mengenal orang baru. Dengerin aja dan ngangguk kalau misalnya ga sengaja melakukan eye contact. Kalau ga setuju dengan sebuah opini ya ga perlu disanggah, kalau mau disanggah ya harus kuat juga dasarnya dan jangan sok pinter. Kalau sok pinter, siap-siap saja dicap jelek dan tidak punya attitude xixi. Selain itu yang menjadi tantangan utamaku adalah asap rokok. Ya begimane, kerja gini ketemu bapak-bapak ga jauh-jauh tuh dengan yang namanya asap rokok. Duduk bentar aja deh, mulai ngudut hiks... Alhasil kudu nyetok masker dan tissue banyak-banyak buat nutup hidung. Nah, kalau dah gini biasanya aku minta izin untuk sedikit menjauh dan bilang kalau ga bisa kena asap rokok. Mereka maklum kok, yakali ga maklum. Karena ga mungkin juga aku harus bilang "stop pak, dilarang merokok." LAWAK KALI, DIUSIR GUA DARI DESA HAHAH.

Ada lagi yang membuatku menjadi shock setelah hampir satu bulan tinggal di sini. Sulit sekali menemukan sarapan, makan siang bahkan makan malam yang pas rasanya. Seenggaknya "normal" deh. Makanya memang paling bener ga laki atau perempuan itu kudu bisa masak, minimal basicnya aja deh kayak tumis menumis, bikin sayur bening atau ceplok telur dan sejenisnya. Jujur, pertama kali ke sini aku beli lauk. Jadi yang ada di etalase depan warung makan tinggal lauk ayam rendang gitu, karena tidak ada pilihan lain aku pun membelinya. Kaget sih pas tanya harga, ya Allah harganya 15ribu dong :') (bangkrut juga lama-lama kalau belanja gini tiap hari) Ya emang gede banget sih dagingnya, sampe aku gamau makan. Liatnya aja sudah kenyang duluan. Besok-besok aku pun membawa lauk kering dari rumah, tapi ya namanya di sini tinggal ga sehari dua hari kita juga butuh makan yekan. Aku pun berusaha mengelilingi pasar terdekat, ternyata sami mawon pemirsa wkwk. Sate pun juga ala kadarnya bahkan waktu itu aku mau minta pake sambal, sambalnya minta ke warung sebelah dong :'). Ya namanya laper daripada masuk angin, tetep gue hajar. Tapi, gak masalah sih soalnya melihat kondisi tempat yang memang bukan khusus untuk wisata kuliner diriku sangat memaklumi. Meski di sini bukan ahlinya tempat kulineran, kopinya jangan ditanya. Siapa sih yang ga kenal dengan Kopi Semendo? Bahkan luar negeri pun tahu kalau produksi kopi di sini rasanya memang mantap! 

kopi dan roti goreng buatan ibu haja dani, uenakkk!!!

Sebagai penggemar kopi, aku mengakuinya kalau kopi semendo itu enak dan tentunya punya khas tersendiri. Kebanyakan petani di sini merupakan petani kecil dengan produksi kopi yang per tahunnya jauh dari rata-rata. Belum lagi kalau harga kopi dunia tidak stabil, tambah kasian dong dengan petani. Tapi ya gimana lagi, kopi merupakan komoditas utama masyarakat Semendo. Jadi tidak heran, kalau mereka nyaris pusing misal hasil kopi dan harga kopi juga turun.

Biasanya memang terbagi beberapa jenis produksi kopi, ada jenis petik merah yang sudah jelas dikatakan kualitasnya bagus, tidak menutup kemungkinan bagi petani yang skala kecil memiliki kualitas yang sama seperti petik merah tetapi sangat sulit. Belum lagi kadar air dan visualnya yang terlihat. Tergantung dari pengelolaan kebun kopinya, keunikan budaya dan juga tempat. Petani di SDL rata-rata menanam kopi jenis robusta, sedangkan di Semendo Darat Tengah hingga Semendo Darat Ulu mereka mengembangkan produksi kopi Arabica. SDL sendiri merupakan dataran yang lebih rendah dibandingkan SDT dan SDU sehingga jenis kopinya pun menyesuaikan ketinggian tempat. Makanya banyak petani kopi smallholder insecure dengan hasil kopi bila dibandingkan dengan petik merah. Ya kualitasnya saja beda, pasti harganya juga beda. Sehingga mereka mengharapkan pembinaan untuk meningkatkan produksi dan kualitas kopi.

kopi lagi wkwk. suka banget sama gorengan ubi yang dipotong-potong. manis dan renyah.

Oke, kayaknya bahas kopi-kopi cukup sini dulu deh. Khawatir terlalu jauh padahal belum ahlinya. Doakan saja~ ^^

Ngomongin soal kopi, aku jadi ingat ketika awal aku berkunjung ke rumah petani selalu disuguhi kopi maka saking menghargai si pembuatnya, selalu aku habiskan. Kalau sehari bertamu itu tiga kali, ya tiga kali juga aku minum kopi. Sampai-sampai aku mulai merasa asam lambungku kambuh :). Makan ga enak, bawaannya mual dan juga demam. Belum lagi, pola makanku yang berantakan. Baru beberapa hari ini sudah mulai ku atur lagi. Jadi, ada suka dukanya perihal ngisi perut haha. 

Pekerjaan ini memang gak mudah, bahkan sedikit tricky karena butuh effort untuk mental dan juga "energi" terutama bagiku yang mudah "lelah". Bagiku ini hanyalah mood swing pada umumnya, bisa jadi aku laper :P, PMS atau memang kurang istirahat. Maka dari itu, pelarianku ketika sudah tidak karuan mood, segera aku cari cara yaitu menghubungi orang-orang yang aku sayang cie elah... Tapi, bener itu ampuh banget. Atau ketika semuanya sulit dihubungi, pelarianku adalah keliling desa dan nangis di pojokan kamar (ini lega banget, serius!). Btw, ga perlu malu ya buat nangis. Menurutku itu adalah bentuk dari mengelola emosi. Karena itu normal. Ketika semuanya semrawut sebenarnya ini tidak lama. Hanya beberapa jam, kemudian berubah lagi kok. Makanya, harus bisa mengontrol sebaik mungkin. 

---
Pelajaran yang aku ambil meski baru beberapa minggu berada di sini yaitu untuk saling menghargai kebiasaan dan budaya setempat. Meski kita tau perihal sesuatu, lebih baik simpan dulu. Barangkali kita menemukan ilmu baru yang belum kita miliki. Sejauh apapun asal kita, tetaplah merendah di tempat lain apalagi tempat yang baru. Terus, kalau merasa lelah lebih baik istirahat dulu wkwk. Jangan hantam-hantam saja, kan bukan robot hehe.
---

So, semangat yaaa buat kita dimanapun dan apapun yang kalian lakukan. Semoga senantiasa berada dalam lindunganNya.

Happy Friday, everyone~

See you in the next post...

LUV.
ZF
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Pernah suatu hari ada hal yang membuatku tidak ingin menulis lagi. Entah apapun yang aku tulis saat itu, baik perihal pengalaman, curahan hati di buku harian atau hal-hal random yang biasanya muncul langsung aku torehkan di kertas maupun catatan digital. 
Hari itu dimana aku betul-betul merasa bosan dengan rutinitas, ingin menyerah karena semuanya tampak sama dan sia-sia. Hanya umurku yang semakin bertambah di belakang kepala 2.

Hari ini, hari pertama di tahun yang baru. Sebuah catatan bersejarah yang terus akan menjadi kisah bila aku tulis dan bisa saja suatu waktu aku pasti lupa (tanpa ku catat). Maka, tulisan adalah bentuk pengingat supaya aku tidak mudah melupakan hal-hal yang remeh temeh tetapi memiliki makna di setiap waktunya.

Ketika ingin berhenti menulis, aku teringat satu mimpi dan cita-cita yang tak pernah pudar dimakan waktu. Meski apa yang ingin kucapai sejak remaja belum ada yang masuk kategori berhasil. Aku sadar bahwa tulisan yang aku buat tak sehebat para penulis yang jam terbangnya tinggi. Apalah aku yang hanya menulis perihal keluh kesah hidup dan si motivator bagi diriku sendiri yang tak jarang sering merasa sok kuat padahal aslinya begitu lemah.

Sebuah impian dan cita-cita terkadang tidak selalu muncul di depan mata bagaikan baliho merek gawai yang berjejer di pinggir jalan dan bisa saja berganti setiap beberapa bulan sekali. Aku hanya dapat membandingkan diriku saat ini dengan hari-hari yang lewat. Ternyata kalau ada grafik yang menggambarkan bahwa aku memiliki kemajuan dalam sebuah hal tentang diriku sendiri, bentuknya mungkin seperti tangga yang terus naik.

Lalu, aku boleh kan berbangga pada diriku sendiri dan berterima kasih pada diriku sendiri juga?

Bisa saja hanya sekian persen yang percaya dan itu pun hanya aku bahwa aku bisa melampaui apa yang seharusnya aku mampu, meski tertatih dan yang merasakan pahitnya hanya aku. Lagi dan lagi, aku kembali melibatkanNya dalam setiap apa yang ingin aku lakukan dan aku inginkan (butuh).

Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Ciattt... I want to talk about something I found every day in my life. This sucks, but we never know it. Sometimes we have a reason to recover our thoughts but never end they come suddenly like a bomb!

By the way, here I want to share a little bit about my life expectancy. Who knows the point to stop?

Have you thought, what is the vision of our life? Okay, I have any plans, nothing may happen this year. Especially in 2022, too many of my plans under my control are failing and failing. So, mmm like a nano-nano candy. 

My strength to solve the problem in my random time are writing, eating, and sleeping until like a cycle. Day by day I wait for a notification from my email. Day by day I received just the fake account with shit vacancies and know, how much I block many numbers? :P

My dream since a long time ago and unchanged in my mind is to be a writer. Why? Because I know my strength, but sometimes the dream is up and down, and how can it happen, actually?

Love writing but feel writing block at the same time. I want to learn all things and if I could all the things in the world I want to learn until I die xD...

May we expect he is a good man or she is a good girl? We just look at her/him on the cover.

Explain to me how we could get money in one night. 

Yes, we can't lie, for example, you need money... What do you want to pay for when you want to buy food? mango leaves? Yes, it's not possible. Next, I have ugly shoes and need a new one. So, what do you want to do? Yes, looking for a job! Fill up your piggy with a lot of money. In our age, all sides of life must be clear. Even to become a wife one day, you have to think about what kind of wife you want to be, how you want to give the best service to your husband later, how to manage and control your emotions as well as how to control your insecurities physically, is it over or are you still complaining a lot without trying to do more? right?

Simpel sebetulnya namun ruwet menjadi-jadi kalau dipikirkan terlalu luas. Ujung-ujungnya takut dan gak jadi :(...

Ah, hidup memang sebegitu penuh kejutan ya. Kayak hujan, mesti ada tebakan. Kadang hujan, kadang panas bahkan berangin sampai badai besar.

Yah, kembali lagi ke cinta-cintaan itu ibarat angin sejuk di musim kemarau. Ketika suntuk ia datang penuh keteduhan, meski kita tahu pasangan kita juga punya kehidupannya sendiri. Intinya, kebahagiaanmu bukan terletak pada diri pasanganmu tapi dari dirimu sendiri. Penuhi rasa syukur dan terus ingat kalau dunia itu sementara. Walaupun begitu, bukan berarti kamu sia-siakan kehidupanmu nanti sama pasanganmu ya. Tetaplah bersyukur dan saling pengertian. Jaga komunikasi dan buatlah harimu bahagia. Sedih gapapa, tapi jangan kelamaan ya^^

Make boundaries to you both! 

Hello my dear, if you read this post please be kind to us. You are kind and I know it. Lets be a good stories with good memories to our future... 




Share
Tweet
Pin
Share
No comments


Aku tahu beberapa orang memiliki pilihannya sendiri dalam menuangkan rasa melalui lidahnya

Ada yang suka hitam pekat 
Ada juga yang suka creamy tetapi masih terdapat aroma kopi
Aku bisa memilih keduanya, jika disuruh hanya 1 aku tetap memilih dua-duanya.

Mengapa?
Dalam hidup kita punya pilihan, termasuk memilih satu dari keduanya atau tidak dari keduanya bahkan dua dari keduanya
Semua tampak rumit, memang
Bahkan semuanya memiliki resiko dan tanggung jawab

Maka... Semua pilihan akan ada konsekuensi. Pengalaman mengajarkanmu untuk bisa memilih sesuatu. 

Iyaa... aku paham, tidak semua yang berpengalaman cepat dalam mengambil keputusan. Tetapi, biasanya ia bijak dalam menentukan pilihan.

Oh tidak juga aku disebut bijak, bahkan tak jarang aku selalu gagap dan bingung mau memilih apa dan harus bagaimana.

Aku minim pengalaman, memang. Baik perihal kehidupan pribadi dan pekerjaan. Tapi, aku suka berusaha untuk memiliki banyak pengalaman.
Oh iya, jangan tanya aku perihal asmara, karena pembicaraan kita di sini bukan tentang itu. Melainkan ada babnya tersendiri meski tak jarang sama-sama berkaitan. Fokusku hanya berada pada pelabuhan terakhir tersebut dengan amin paling serius... 

Kopi susu di dalam gelas kaca ini mengajarkanku. Terlihat hanya sebuah hal, tapi di dalamnya ada banyak dari sekian...

Sisakanlah ruang di gelas kaca ini. Tak mungkin kan aku terus memegangnya dengan kondisi gelas yang meluber? Siapa tahu, aku butuh menuangkan lagi kopi hitamnya biar tampak sedikit pekat. Atau aku tambah susu supaya tidak terlalu pahit.

Kehidupan, punya caranya sendiri untuk mengajarkan dan memberikan pelajaran. Siapa tahu, dari sanalah terdapat ilmu yang kelak berguna di masa depan hingga masa tuamu.

Tinggal diri ini saja, mau atau tidak mengambil peran dalam bagiannya.

Selamat berakhir pekan~

Cheers!


Share
Tweet
Pin
Share
1 comments

Sudah satu minggu aku berada di sini tepatnya di Wisma Atlet Jakabaring. Kami diberi nama spesial yaitu peneliti muda. Tidak hanya aku, tetapi ada 38 peserta lainnya yang bergabung merasakan suasana di tempat yang sama. Malam itu tepatnya sehari sebelum keberangkatan menuju lokasi pengambilan data, kami dikumpulkan terlebih dahulu. Guna pembekalan dan persiapan dengan harapan kedepannya kegiatan kami bisa berjalan dengan lancar.


Building A, Wisma Atlet Jakabaring (September 2022)

Persiapan Keberangkatan

Pagi itu tepatnya pukul lima, aku dibangunkan oleh temanku untuk menunaikan solat subuh. Hari itu udaranya cukup dingin. Padahal AC sudah kami naikkan suhunya tapi tetap membuatku enggan beralih dari tempat tidur. Belum lagi malam tadi kami begadang hingga pukul satu malam guna menyiapkan segala keperluan tim untuk keberangkatan menuju desa penelitian esok hari.

my roomatte ah rindu keberisikan kalian :')

Pukul tujuh pagi usai sarapan dan sebagainya, kami menunggu waktu keberangkatan. Sebetulnya agak ngaret dan selama waktu menunggu kami habiskan untuk foto-foto canciyyy. Aku tak mau melewatkan momen ini, kapan lagi bisa mengabadikan momen dengan bahagia di tempat yang belum tentu bisa nginep ke sini untuk kedua kalinya kan ? wkwk. Apalagi sebelum ke desa yang hmmm sepertinya agak tricky (kata Mba Ni'ma di sesi kelas daring kami)...

Kami dibagi menjadi dua tim, yaitu tim KPH dan tim KHG. Kebetulan aku mendapatkan bagian di tim KPH. Kedua tim tersebut diberi nama sesuai dengan bentang lahan di wilayahnya masing-masing. KPH sendiri merupakan akronim dari Kesatuan Pengelolaan Hutan yang terletak di Kabupaten Musi Banyuasin. Sedangkan KHG adalah Kesatuan Hidrologis Gambut yang terletak di Kabupaten Banyuasin. 

Perjalanan menuju KPH memakan waktu kurang lebih selama sembilan jam melalui transportasi darat. Cape banget ga tuh, tapi ini yang membuatku senang karena aku pribadi punya hobi travelling jadi bahagia banget pas kebagian ngambil data lapangan di Musi Banyuasin. Aku dan 18 rekan satu timku berada di mobil berbeda yang masing-masing berisi tiga orang. Aku satu mobil dengan Ilham dan Aji, pertama kali satu mobil dengan mereka sempat canggung karena kami juga baru saja kenal selama satu minggu jadi interaksi berbicara sangat kurang hanya ketika berada di kelas peneliti itu pun secukupnya saja. Ternyata setelah berjam-jam di mobil, kami mulai akrab meski sempat bingung mau ngobrol apa lagi, alhasil lebih banyak tidur haha.

Btw, ini juga kali pertama aku menginjakkan kaki di Kabupaten Musi Banyuasin, Kecamatan Bayung Lencir. Alih-alih banyak tahu, aku juga baru tahu bahwa lokasi pertama yang akan kami kunjungi nanti merupakan salah satu kecamatan yang memiliki desa dengan jarak antar desa dan dusun itu cukup jauh bahkan sudah seperti jarak antar kabupaten lho!

Desa Pertama | Keakraban yang Bermula~

Desa Muara Medak (Dok : yang pasti bukan punyaku)

Setelah 9 jam perjalanan kami tempuh dengan mobil, akhirnya kami pun tiba di desa pertama yang ada di Kecamatan Bayung Lencir. Desa dengan luas 655 km2 ini merupakan desa terluas di Kecamatan Bayung Lencir. Jadi, ga heran kalau jarak antar dusun satu ke dusun lainnya itu membutuhkan waktu hingga satu jam lebih. Sebelum memasuki desa yang lengkap kehidupan masyarakatnya kita akan melewati portal milik perusahaan yang mana desa ini terletak di sekitar kawasan perusahaan perkebunan yang terbesar di muba. Bisa dibayangkan ga, lahan yang dipenuhi perkebunan sawit itu ternyata ada sebuah kehidupan di dalamnya. Aku malah membayangkan, gimana kerennya bapak kurir mengantarkan paket ke sini. Ya hari gini lho ga pernah belanja online, ga mungkin kan ? Apalagi masyarakat di sini sepertinya sudah sangat akrab dengan teknologi terlihat dari mereka yang memiliki ponsel pintar setiap berjumpa.

Hari itu sudah sangat gelap, bahkan langit pun menyuguhkan bintang yang gemerlap di atas sana. Mobil kami tiba-tiba mendadak berhenti. Ketika dilihat di depan sana ada sebuah mobil pick up hitam yang terjerembab di dalam lobang besar dan berlumpur. Alhasil kami berhenti sejenak dan keluar dari mobil, Kami pun bergotong royong menyelesaikan mobil yang terjebak tersebut. Satu persatu hingga akhirnya berhasil melewati jalanan tersebut.

Gotong royong mengeluarkan mobil dari lubang lumpur

Kami tiba di penginapan dan disambut baik oleh pemilik rumah. Mereka menerima kami dengan hangat meskipun baru pertama kali bertemu, aku cukup nyaman berada di sini. Pertama kali mendengar warga asli sini berbicara denganku, agak asing juga mendengarnya. Karena logat yang mereka gunakan belum pernah aku kenali selama hidup di sumatera selatan. Setelah aku tanya dengan rekanku yang cukup paham dengan desa ini, barulah aku tahu bila di desa ini terdapat warga lokal yang dikenal dengan suku medak. Perpaduan bahasa melayu tetapi bukan yang familiar di telingaku, sehingga sedikit aneh ketika mendengarnya. Pada malam keduaku di sini, aku merasakan hal-hal yang sedikit aneh. Terutama ketika setengah tidur. Pintu yang berhadapan langsung di sebelahku tidur sering terbuka tiba-tiba dan aku selalu kaget karenanya. Ketika aku bangun, muncul sosok ibu paruh baya yang merupakan pemilik rumah. Tatapannya mengarah ke semua tempat termasuk seringkali menatapku tajam T.T, entah apa maksudnya, hanya saja aku merasa diintimidasi. Hal itu terjadi sampai di malam terakhir kami di sana, akhirnya aku beranikan bertanya pada seniorku yang cukup paham mengenai warga di sini terutama pemilik rumah. Ternyata, ibu itu memang suka sekali tidur larut. Memang ada hal-hal yang tidak perlu kami ketahui karena sedikit mistis dan jujur saja ketika kami bercerita bulu kudukku berdiri. Serem, cuyyy!!! Why bu, whyyy??? Ada apa denganku eh denganmu ??? :')

Hamdalah kejadian itu hanya berlangsung di malam hari. Pagi hari yang cerah aku pun berjalan-jalan di pekarangan rumah tempat kami menginap dan menatap sungai yang tepat menghadap rumah, suasana pagi hari yang indah dan niatnya aku ingin menghirup udara pagi itu dengan lega. Alangkah terkejutnya ketika aku menatap sungai di depanku, semalam kami berberes sebelum tidur dan mengumpulkan sampah-sampah jajanan kami di mobil lalu kami masukkan ke dalam trash bag. 

Suasana pagi hari di tepian sungai di Desa Muara Medak

Tapi kok, tunggu dulu...
Aku perhatikan lagi sampah yang mengapung di sungai tersebut. Ternyataaaa.... 
Memang benar itu sampah kami. Jujur shock karena kami berusaha mengumpulkan supaya tidak berserakan malah dibuang di sungai :').... yang pasti ketika aku tanya pelakunya, seorang temanku melihatnya bahwa yang membuang sampah itu bukan anak-anak timku melainkan si mpunya rumah, tidaaaaaaaaaak!

Lima hari berada di Desa Medak, aku mulai familiar dengan suasana dan juga orang-orang yang satu tim denganku. Persis seperti suasana KKN bedanya di sini kami itu kerja dan tentunya begadang. Aku yang merupakan manusia anti begadang mulai beradaptasi dengan kondisi ini, sudah terbiasa dan tidak ngeluh lagi karena tidur malam di atas jam 11.

Ada cerita konyol ketika pertama kali aku ingin sekali minum es kopi. Tapi, ya namanya di desa sudah jelas tidak ada kafe di sana. Alhasil muncul ide ketika melewati warung yang menjajakan dagangannya di depan rumah. Warung itu kecil dan amat sederhana dibangun dari kayu. Terdapat satu buah galon berisi air bersih dan juga jejeran kemasan minuman instan digantung pada tali rapia. 

"Bu, saya mau beli es kopi." (btw ini menggunakan bahasa Palembang ya)
"Es kopi?" katanya sembari berhenti melakukan aktivitasnya saat itu dan menatapku

Raut mukanya tampak heran, mungkin terdengar asing karena di sini jarang kopi dikasih es batu. Temanku yang saat itu disampingku hanya geleng-geleng kepala dan ketawa kecil

"Iya bu, jadi kopinya dikasih es."
"Kira-kira ada cup plastik ga bu? Kalau ada pake cup aja ya." lanjutku
"Wah kalau itu ga ada dek. Pake plastik ini saja ya?" jawabnya sembari mnunjukkan plastik bening ukuran setengah kilo.

Aku pun mengangguk, yaaa meski agak aneh. Aku pun memberitahu tutorial membuatnya. Gusti... antara ga enak karena seperti menggurui pedagang kecil :') tapi juga ga mungkin aku batalkan karena sudah terlanjur mau beli :D. Ibunya juga mau lho dan ga nolak makanya aku sedikit senang :D.

Setelah paham maksudku, ga perlu menunggu lama hanya beberapa menit es kopi yang dibungkus dengan plastik kiloan pun jadi. Aku menyebutnya es kopi cekik :D

Es kopi cekik Desa Medak, 
Menyegarkan~

Esok harinya, setelah FGD di kantor desa aku melewati rumah tempat warung kecil yang aku hampiri kemarin. Namun, karena kondisiku saat itu sedang sakit perut maka aku tidak membeli es kopi dulu. Kebetulan juga warung tersebut tidak ada yang jaga. Tanpa sengaja, mataku tertuju pada cup plastik yang tersusun tepat di warung dimana kami membeli es kopi cekik tersebut. Hatiku menghangat, semoga laris ya bu dagangannya, aku pamit dulu...

Desa Kedua | Creepy dan Penuh Kejutan

Desa Mangsang  (Dok : yang pasti bukan punyaku)

Setiap tempat memiliki cerita sehingga di lain tempat pun punya kisah tersendiri, meski samar-samar terdengar ada yang mirip. Percayalah, objek dan subjeknya pun juga berbeda. Perjalanan menuju desa kedua ini menggunakan jalur transportasi air, yaitu speedboat dengan waktu tempuh kurang lebih 30 menit. Kesan pertama yang aku dapatkan di desa ini sedikit suram dan tidak ramah sama sekali. Entah apa hanya di dusun tempat kami pijak sekarang atau semua dusun juga seperti ini... Oh ya ada lagi yang membuatku lebih kaget yaitu ketika melihat masjid tetapi lokasinya di depan tempat pembuangan sampah. Miris banget, ya Allah :')...

Sebelum mengunjungi desa biasanya kami diberikan "kisi-kisi" kondisi atau gambaran lokasi. Info yang kami dapat sebelum tiba ke sini adalah desa ini sangat terkenal dengan tingkat kriminalnya yang cukup tinggi dan napza. Makanya suasananya betul-betul berbeda dengan sebelumnya. Kami juga diingatkan untuk selalu di dalam rumah ketika malam tiba, sebagai bentuk keamanan.

Kami tinggal di rumah kepala desa, rumahnya luas dan cukup mewah namun kurang dirawat. Bagian depan terasnya terdapat etalase dan lemari dengan pajangan botol minyak wangi berbagai aroma. Nampaknya dulu ini pernah dibuka toko minyak wangi tapi tidak diurus dengan baik. Lalu ketika masuk ke dalam rumah terdapat kursi-kursi besar yang kalau aku duduk, aku seperti liliput. Ternyata kades ini memiliki usaha katering dan sewa tenda beserta perintilan lain untuk pernikahan. Yang menjadi perhatianku lagi, ada sebuah lemari besar yang terbuat dari kaca dan berjejer botol-botol miras berbagai merk. Hihi, pantas saja desanya dikenal dengan tingkat kerawanan kriminal dan napza, ga heran sih~

Ada cerita unik, ketika rekan laki-lakiku pergi keluar untuk jalan-jalan melihat suasana di desa ini. Mungkin karena perawakan rekanku itu seperti preman dan cara bicaranya yang agak ngegas, tanpa tedeng aling-aling ia ditawari sebungkus plastik yang berisi bubuk seperti garam. Alhasil rekanku menolaknya dengan halus dan segera kembali ke rumah tempat kami menginap. Terus ada lagi kejadian sendal milik beberapa temanku yang digondol anjing liar, ada yang tinggal sebelah dan ada juga bekas gigitan 😅

Esok hari, kami menuju kantor desa untuk melakukan FGD. Karena suatu sebab, kami pun pindah menuju dusun lain yang jaraknya 30 menit dari kantor desa. Selama dua hari kami pulang menjelang bahkan setelah magrib. Gelap dan juga berdebu, apalagi di desa ini terdapat PT yang cukup terkenal di Indonesia. Jadi hilir mudik kami selalu berjumpa truk-truk besar yang mengangkut tandan sawit. Kami sempat tersesat ketika menuju rumah menginap, karena lupa jalan. Maluuuu banget., sok-sokan tahu jalan. Eh malah nyasar ke jalan buntu :'). Itulah kesan pertama setelah melakukan perjalanan di salah satu dusun di Desa Mangsang.

Uniknya, setiap dusun di desa ini memiliki ciri khas tersendiri. Aku merasa "hidup" layaknya manusia pada umumnya ketika berada di dusun tempat kami FGD. Bukan berarti mati, tapi memang sepertinya warga di sekitar tempat kami menginap itu kurang bersosialisasi, mungkinkah (?) ga jelas lah pokoknya. Suasana suram dan mencekam selalu aku rasakan. Makanya, kami ingin segera pindah dari sini. Meski begitu, aku sayang dengan rekan-rekanku ini, kompak banget!!! Sama sekali gamau pisah karena sudah nyaman bareng-bareng xixixi...
Berdoa sebelum memulai pengambilan data lapangan di hari pertama 

Desa Ketiga | Ramahnya Warga yang Tiada Akhir

Jalur Mulya (anw, ini foto yg bareng2 lengkap blm ketemu)
Ini pas makan malam pake kepiting pertama kali wkkw

Berhubung sedang berlangsungnya pemilihan kepala desa di wilayah KPH (Muba), kami pun untuk sementara dialihkan menuju wilayah KHG yaitu Banyuasin, tepatnya di Desa Jalur Mulya. Ah, rasanyaaaaa senang sekali ketika tiba di desa ini. Betul-betul berbeda suasananya dengan yang ada di desa sebelumnya :')...
Rasanya seperti keluar dari dalam gua, kiwkiwkiw... lebay banget deh~

Aku merasa hidup dan bisa dengan lapang untuk bersosialisasi dengan warga sekitar ketika di sini. Para masyarakatnya yang ramah dan selama di sini kami pertama kalinya melakukan jalan sore hingga menjelang magrib hahaha. Iya setelah FGD usai, aku dan rekan peneliti satu kelompok menuju tambak udang yang ada di sini.  Coba deh kalau di desa sebelumnya, kami sudah ketar ketir duluan begitu melihat jam menunjukkan pukul enam sore. Selain itu desa yang ketiga ini merupakan tempat bersejarah untukku dan mas doi #eh... yang membuat kenangan indah asekkk... Kali pertama aku berbicara dengannya  yang mana di tempat ini adalah awal kami berinteraksi secara langsung. Iya, bertemu dengan paus (hai paus, kalau baca ini jangan lupa like dan komen haha)...

Nah di desa ketiga ini lokasi dari satu desa ke desa lainnya hanya memakan waktu selama 30 menit, bisa menggunakan jalur air dan darat. Malam hari sebelum perpisahan dengan pemilik rumah di desa Jalur Mulya, suguhan makan malam yang amat spesial yaitu kepiting. Sayangnya, aku hanya bisa melihat karena tak bisa memakannya... 

Berhubung musim hujan dan jalanan jelek, kami pindah menuju desa selanjutnya menggunakan kapal kayu yang berukuran besar yang kek gini :


Ketika kapal mulai berjalan, rasanya seperti menyusuri hutan. Belum lagi kami diguyur hujan rintik-rintik, aduhaiiii sangat syahdu~

Karena pengalaman pertama naik ini, aku pun memilih untuk duduk di bagian atapnya seru bangetttttt!!!

taken by : Dani

taken by Dani pake hp mba rida

Setelah tiba di desa selanjutnya kami segera membereskan peralatan yang kami miliki dan beristirahat sejenak.

Desa Keempat | Ramahnya Warga yang Tiada Akhir (2) Makan Lanjut Aja, ygy!

Timbul Jaya dari atas jembatan

Desa keempat merupakan salah satu desa yang membuat timbanganku naik :)... Ya begimane cerite, menurutku banyak kali kami disuguhi makanan dan tak pernah merasakan lapar :D. Bukan berarti di desa sebelumnya kami kelaparan, tapi di sini tak henti-hentinya pemilik rumah menyuguhi kami makanan ringan setiap mengerjakan pekerjaan. Ada aja bahan untuk ngganyemm mulu😂. Satu hal yang jadi favorit teman-teman itu ketika kami dua hari berturut-turut disuguhi kepiting :D, sayangnya aku tidak menyantapnya karena aku alergi terhadap hewan laut yang satu itu. Sehingga aku pun hanya melihat mereka menikmati dan aku makan yang lain.

Alhamdulillah selama di desa ini pengambilan data lapangan berjalan sangat lancar, bahkan warganya sangat antusias dengan kedatangan kami di sini. Sehingga ketika kami akan pindah menuju desa selanjutnya, tampak raut sedih dari para pemilik rumah yang kami tempati selama di sini. Aku ikut sedih, yaaaa karena sudah akrab terutama anak kecil pemilik rumah yang sering main ketika kami bekerja xixixi apalagi nyantolnya sama Bung Theo mulu ahaha...

Timbul Jaya ( (Dok : yang pasti bukan punyaku)

Makan malam di rumah Mas Lihul. Terima kasih banyak Mas Lihul kami bahagia dan kenyang 😁(Dok : Mba Shinta)

Always teringat dengan kenangan yang ada di sana... Terutama perihal termos pecah T_T :')


Desa Kelima | Mandi Ga Mandi Ujung-ujungnya Mandi 2x Sehari :P

Lanjut lagi ke desa kelima. Desa yang dikenal dengan slogannya yaitu :

Dimakan mabuk, dibuang sayang
Selamat datang di Kepayang.

Tampak aktivitas perempuan sedang menggunakan air sungai untuk kegiatan rumah tangga yaitu mencuci

Desa satu ini merupakan desa yang terletak di pinggir sungai Lalan. Rumah penduduknya rata-rata berupa rumah panggung yang berada di atas sungai sehingga ketika air pasang tampak seperti rumah apung. Kami tiba di sini dengan menggunakan speedboat 3-4 jam dari Kota Palembang. Perjalanan jalur air pertama yang terlama bagiku. Bosan sebosan-bosannya karena tidak bisa ngapa-ngapain selain tidur di speeboat yang dihantam ombak sungai.

Selama di perjalanan, aku membayangkan bagaimana msayarakat di sini bertahan hidup untuk memenuhi kebutuhannya. Tapi jangan salah kawan, kebanyakan yang tinggal di desa ini rata-rata orang-orang berada. Tampaknya saja rumah mereka di pinggir sungai itu kumuh, tetapi kalau dilihat dari barang yang mereka miliki, kebanyakan sangat berharga.

Satu hal yang membuat miris adalah kondisi sungai di desa ini. Sungai Lalan, merupakan sungai yang saat ini sudah dikatakan tidak layak konsumsi. Pertama kali sampai, kami tak pernah menjumpai orang yang sedang memancing ikan. Karena penasaran, kami pun bertanya dengan salah satu warga setempat bahwa sudah lama mereka tidak pernah memancing ikan lagi dikarenakan sudah tidak ada ikan yang hidup di sana. Para peneliti kesehatan dari provinsi pernah berkunjung dan ketika mengecek air sungainya, sudah tidak bisa dikonsumsi. Meskipun demikian, warga masih menggunakan air sungai untuk mandi, cuci dan kakus. Kebayang ga mandi pake air sungai yang susah dijelaskan kandungannya seperti apa. Syedihhhh!!!

Selama di desa tersebut, selama itu pula aku sakit perut :D...
Iya... perutku mules tiap hari gatau karena apa. Belum lagi ketika ke kakus, kagetnya luar biasa. Yaaaa kakusnya tidak seperti kakus pada umumnya karena tempatnya langsung di atas permukaan sungai. 

Satu hal lagi yang menurutku lucu, waktu itu aku dan seorang temanku bertanya mengenai kotak sampah. Kebetulan tempat kami tinggal itu berada tepat di pinggiran sungai Lalan. 

"Bu, kotak sampah dimano yo?"
"Langsung campakke be dek ke sungai. Dak apo, la biaso."
Aku dan temanku saling tatap. Ya rabb, berat rasanya tangan ini membuang sampah ke sungai :'). Kami pun berinisiatif untuk mengambil kotak kardus air mineral dan meletakannya ke dapur.

"Ah ibu, sayang nian wkwkkw. Dak tega buk, kami taro ini disini be ye buk buat sampah."

Akhirnya semenjak kejadian itu, si Ibu juga sungkan dan merasa ga enakan kalau buang sampah langsung ketika ada kami di sana :D. Ia pun menyediakan kardus dan plastik sampah biar ga keliatan banget. Walaupun ujung-ujungnya ketika pagi hari, sampah hari kemarin dalam bentuk yang sama mengapung di sungai lagi.

Banyak yang bilang sudah tercemar, tetapi keindahannya saat senja hari membuatnya memesona

Berhubung dapur tempat kami berada tepat di pinggir sungai, maka setiap waktu kami selalu disuguhi pemandangan sungai, hal yang bagiku keren adalah ketika di sore hari. Senja akan terlihat tampak menarik dan indah karena tak perlu bersusah payah mencari spot menikmati senja, cukup ke dapur dan duduk manis ketika menjelang sore hari, wah langitnya indah sekali...
Sayangnya, dibalik keindahan tersebut sebuah hal yang miris pun hadir. Apalagi kalau matahari terbit, berbagai sampah mengapung di permukaan sungai dan juga aroma tak sedap.

Desa Kepayang  (Dok : Kak Yoga)

Desa Keenam | Last Journey for PML :')

pagi-pagi dah pada jajan aja di warung :D

Huaaaaa desa terakhir dan artinya ini merupakan perjalanan yang terakhir juga bagi peneliti muda lanskap. Sedihhhh banget....

Kami menuju desa terakhir ini menggunakan speedboat dari desa Kepayang. Jarak tempuhnya sekitar  satu jam dan dilanjutkan dengan naik mobil selama satu jam juga. Total dua jam perjalanan.

Nah, kami tinggal di sebuah penginapan milik Pak Suyuti, beliau merupakan tokoh masyarakat yang memiliki rekam jejak kehidupan yang keren. Beliau merupakan salah satu masayrakat peduli api yang juga membantu dalam pembangunan Desa Muara Merang, terutama di Dusun Pancuran. 
Di sini karena berada di wilayah perusahaan hutan tanaman industri, maka tak heran bila banyak sekali karyawan laki-laki dibanding perempuan.

Dusun Pancuran ternyata tidak banyak memiliki masalah sumber daya air. Selama di sini juga kami merasa puas dengan kondisi airnya, meskipun harus ke masjid terlebih dahulu, Sebenarnya ada kamar mandi di dekat penginapan, namun seperti bisalah kami yang perempuan paling ga bisa jauh-jauh dari aktivitas nyuci jadi yaaa nyari lokasi yang luas buat mencuci :D

satu-satunya masjid yang cukup besar di Dusun Pancuran

Oh ya, Desa Merang hampir sama seperti Desa Mangsang dan Medak. Jarak tiap dusun juga jauh dan juga dikelilingi dengan hutan-hutan milik perusahaan. Maka tak heran bila warga di sini kebanyakan adalah karyawan perusahaan.

Dari 6 desa yang kami kunjungi masing-masing kami menetap kurang lebih selama 5-7 hari, maka setiap desa memilik kenangan yang unik dan sulit dilupakan. Tapi satu kesamaaannya, adalah dari kamar mandi :D...
Ga pernah dapat kamar mandi yang normal kecuali di desa pertama, makanya ketika di desa pertama kami betul-betul dimanjakan. Eh pas pindah ke desa kedua hingga terakhir, ada aja kamar mandi yang ga ada pintunya, kamar mandi yang kudu jalan kaki (udah mandi eh malah keringetan lagi), kakus yang ada di atas sungai, kamar mandi yang luasnya sampai bisa main bola tapi airnya astaghfirullah hingga kamar mandi yang ada pajangan vulgar di dalamnya ;') agak shock...

Selain daripada itu, aku mendapat banyak sekali pelajaran juga pengalaman. Terutama hal-hal yang bisa disyukuri saat ini. Melihat kondisi yang aku ceritakan di atas, tentu bagi kalian yang memiliki sumber daya air yang bersih dan juga tempat yang bukan di pelosok desa akan merasa beruntung. Karena mereka pun juga memiliki daya juangnya sendiri hingga bisa bertahan hidup di sana dengan baik. Meskipun kendala utamanya terlihat jelas dari sumber air yang mereka gunakan, tapi tidak bisa sepenuhnya menyalahkan karena kurangnya edukasi terkait kebersihan dan lingkungan.

Desa Muara Merang  (Doc : yang pasti bukan punyaku)

Pengalaman lainnya yaa bisa berjumpa dengan rekan-rekan IPML terutama tim 2 KPH yang super duper wow. Ga nyangka bisa sekompak itu dari awal di desa pertama hingga terakhir, meski ada drama-drama dikit semuanya teratasi (yaaa kalau ga ada drama, ga kerasaaaa!!!) Alhamdulillah bersyukur bisa satu tim dengan kalian. Makasih banyak sudah menjadi teman yang baik dan juga mengerti. Mohon maaf atas kesalahanku yang ada aja little things kalau ga rusak ya ilang :(.... tetapi dengan baik hati kalian bisa menutupinya 😓😂😗...

Itu dulu cerita di postingan kali ini... Kalau diceritakan dengan detail bisa pegel juga ni jari jemari mengetik wkwk. Biarlah sisanya aku simpan dalam foto dan dalam ingatan, kalau rindu yaa tinggal buka-buka dokumentasi :")...

Bonus foto2 setelah pulang dari desa :




See you on top, YGY!!!
Dunio galo, jangan lupo ibadah dan solat...

Sampai jumpa di postingan selanjutnya~

LUV.
ZF




Share
Tweet
Pin
Share
1 comments
Older Posts

About me

Tentang Saya

Halo, aku Zuha. Selamat datang di blog pribadiku yang berisi pengalaman dan segala bentuk tulisan yang mungkin akan membuatmu gembira. Suka langit yang mendung, es kopi dan jalan-jalan. Selamat membaca^^. Drop me a hello at : zuhafarhananii@gmail.com (i-nya dua ya)

Mari Berteman!

  • twitter
  • instagram
  • tumblr

Part of

Blogger Perempuan

Label

beauty blog competition BPN Ramadhan Blog Challenge 2023 cerpen coffee film hand lettering hobby jalan-jalan mini journal pertanian review soil tips

Blog Archive

Total PV

Popular Post

  • Quality Time bareng Teh Tarik Cantik
    Warning! Tulisan ini bakalan sedikit "belepotan" dan banyak gambar absurd tapi informatif, mudah2an...  Halo gengs~ Gimana kabarny...
  • REVIEW : FOCALLURE | PURE MATTE LIPSTICK
    Focallure Pure Matte Lipstick Sebetulnya mencari lipstik yang sesuai dengan skin tone kulit itu gampang-gampang susah. Kadang sudah dapat wa...
  • Review : Emina Bright Stuff (Facial Wash, Moisturizing Cream)
    Emina Bright Stuff Face Wash Sekarang aku lagi nyobain dua produk dari  Emina Bright Stuff , produk ini merupakan bagian dari rangkaian skin...

Created with by ThemeXpose