Diberdayakan oleh Blogger.

Blognya Zuha

Dunia Gado-gado Digital

Hingga aku menuliskan kalimat ini dan aku memutuskan untuk menempatkannya di postingan blog pribadiku. 

Tidak ada yang spesial hari ini, pekerjaan sangat santai sampai bingung mau ngapain tapi tetap sibuk berkutat dengan hal-hal ringan, hamdalah bisa memasak tumisan kacang panjang, telur dadar, mi tumis buatanku dan juga es kopi setelah sekian hari aku lewati sesi untuk menikmatinya.

Bangun pukul enam pagi di hari "bebasku" aku ingin melanjutkan petualangan ke dunia pulau kapuk. Sayang, aku tertampar pelan oleh kenyataan bahwa aku bukanlah keturunan sultan dan bukan pula pewaris saham perusahaan Aramco. Yah, aku tau dan sadar diri.

Lalu sesi selanjutnya aku menyegerakan menuju kamar mandi untuk bersih-bersih dan mandi. Beneran ga bohong, air di sini dingin banget! Ngambek mulu dia tiap pagi 👿😒

---

Oh ya, kemarin aku mendapatkan teh bubuk dengan merk jadul dan ku ketahui itu merupakan produk lama. 

aku yang terlalu norak atau apa ya, baru tau ada merk teh gini :D

tulisannya aja masih baheula bangettt

Ngomongin soal makanan, aku mencoba memasak hari ini. Kemarin ketika pulang ke rumah, aku membawa sedikit sayuran seperti caisim, kacang panjang dan kembang kol. Lalu segenggam cabai warna-warni dan juga bawang putih dan merah lima butir yang mana di rumah stoknya tinggal segitu. Yaudah bungkus! Ceritanya di sini tuh susah kalau mau cari baput bamer yang seger-seger. Pasar kalangan adanya seminggu sekali, begitu kemarin beli di warung bawang putihnya sudah bertunas xD.


Mie Tumis ekonomis non kecap 

telur dadar caisim + ayam suwir buatan mamake

Karena di mess, tidak ada beras dan bumbu-bumbu masakan terbatas. Aku mampir ke sebuah warung grosir membeli bumbu masak instan yang mana itu lebih gampang dan enak (?)

Rasanya menjadi anak kos-kosan setelah dua tahun lebih engga ngekos itu seru-seru gimana gitu ya. Apalagi tinggalnya di desa, semoga makin banyak inisiatif dan ide bukan ngeluhnya (eh) 👀😳



Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Sudah hampir empat minggu aku berada di sebuah desa kabupaten Muara Enim. Tepatnya di Kecamatan Semendo Darat Laut. Pekerjaan yang membawaku ke tempat ini, bertemu dan meninggalkan jejak rekaman kehidupan pada lingkungan dan tempat yang baru (lagi). Setiap Senin pagi usai subuh, aku berangkat menuju lokasi mobil angkutan desa "ngetem" di depan rumah sakit umum Lahat. Tepat pukul enam pagi, mobil tersebut berangkat menuju Semendo. Aku menyebutnya mobil keranjang, karena bentuknya seperti keranjang hehe. Lebih dari itu kita harus menunggu mobil angkutan lain di waktu yang agak siang sekitar jam sembilan hingga sebelas. Dua jam setengah di perjalanan meski bosan dan ngantuk, tapi kalau lagi beruntung dan tidak hujan maka kita bisa dengan leluasa menikmati panorama alam yang disuguhkan. Indah banget! Pertama kali aku tiba di Desa Muara Dua, Semendo Darat Laut yang aku rasakan adalah suhunya yang dingin. Benar kata mamak, kudu mengenakan jaket. Untung aku nurut, jadi terbantu meskipun sebenarnya masih saja rasa dingin begitu menusuk tulang.

lukisan alam ciptaan Tuhan memang tak pernah habis untuk dinikmati. ini baru sefruit bentang alam 

Semendo, merupakan daerah yang terkenal dengan satu tradisinya yaitu Tunggu Tubang. Sejauh yang aku tahu, tradisi ini telah dilakukan oleh masyarakat semende secara turun temurun yang mengatur tentang pembagian harta warisan dari orang tua kepada anak perempuan tertua. Hingga kini adat atau tradisi ini masih berlaku.

Sebenarnya pembahasanku bukan tentang itu sih, tapi hanya sekilas saja menyenggol tentang tradisi tersebut dan menurutku unik. Karena memang setiap daerah di Indonesia maupun di dunia sekalipun ada filosofi yang diangkat dan itu sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat tempo dulu, sekarang dan akan datang.

rumah panggung. ciri khas bangunan tempat tinggal masyarakat Semendo

Sejauh perjalananku hingga kini, setiap melewati jalan dengan jejeran rumah panggung dan penduduk yang beraktivitas seperti biasanya mempunyai daya tarik tersendiri. Kegiatan masyarakat yang menjadi ciri khas di tiap desa, terutama di sini. Baik pagi maupun sore hari. Ada yang bersiap mau ke kebun, ada anak-anak kecil yang menggunakan busana muslim menuju surau atau masjid untuk mengaji di sore hari dan juga ibu-ibu yang duduk-duduk bercengkerama satu sama lain dan sebagainya. Satu hal yang ku dapatkan dari sifat mereka adalah orangnya ramah. Mau kamu ga kenal sama mereka, kalau kamu senyum pasti mereka bakal senyum balik dengan sangat manis! 

Minggu pertama berada di sini, hujan turun dengan deras setiap hari berturut-turut. Wajar saja kalau suhu udaranya rendah bahkan aku sampai menggigil dan demam di hari ketiga😳. Lokasi tempatku bekerja berada di pusat desa Muara Dua, kurang lebih seratus meter dari kantor desa Muara Dua. Kami menyebutnya sebagai Agrohouse (meski jauh dari ekpetasiku dulu wkwk). Pekerjaan yang mana tugasnya tidak mantap di dalam ruangan, lebih sering mengunjungi petani dan melakukan pertemuan yang berkaitan dengan role kerja.

Sebagai pekerja lapangan, kadang yang menjadi hal mengkhawatirkan bagiku adalah takut padahal belum mencoba. Aku termasuk manusia yang mudah cemas ketika akan keluar rumah untuk bertemu orang baru di sebuah kegiatan, terutama orang yang jauh lebih tua dariku. Bahkan pernah suatu waktu perutku mual dan kepalaku pusing. Hanya saja, setelah ku paksa untuk keluar dari zona tersebut semuanya hilang. Meskipun energiku terkuras habis tetapi tetap saja, aku mau tak mau harus menikmati walaupun lebih banyak diam memerhatikan.

viewnya, maa sya Allah cantik banget!

Bekerja di lapangan itu memang harus kuat mental. Harus sok akrab namun tetap menghargai batasan dan paham menempatkan sesuatu pada tempatnya alias yaa punya attitude lah. Selain itu juga minimal tahu bahasa setempat kalau pun benar-benar tidak tahu banyak-banyaklah bertanya. Gausah malu dikatakan telmi, banyak tanya dan sebagainya. Malu bertanya, salah kaprah kan ga enak wkwk. Tapi, atur sebaik mungkin supaya tidak terlihat bego banget. Nanti malah dibodohin jadinya kan riweh. Belajar dari pengalaman sebelumnya, aku persis kaya batu yang planga plongo melihat lawan bicaraku gatau ngomongin apa. Akhirnya ku beranikan untuk bertanya dengan mengambil kata yang menurutku itu kunci dari sebuah pembahasan tersebut.

Karena tidak pandai memulai obrolan, tetapi pekerjaan ini menuntutku untuk berinisiatif memulai berbicara maka trik pertama yang aku lakukan biasanya bertanya kabar dan kondisi atau aktivitas pertanian di kebun kopi. Selanjutnya lawan bicaraku (biasanya bapak-bapak) akan banyak menjelaskan panjang lebar haha dan aku pun lebih banyak menjadi pendengar, tapi sayangnya malah canggung kalau obrolannya habis. Sulit sekali, ya. Tapi, lama-lama aku nikmati. Susah cuy, buat memulai obrolan apalagi dengan orang baru walaupun susah bukan berarti ga bisa. Just one key, if wanna make a conversation you must have attitude to make other feels that you are right person to them and be humble. 

Intinya kalau ngobrol itu yang sopan dan juga banyak-banyak ikut orang diskusi biar dikenal dan mengenal orang baru. Dengerin aja dan ngangguk kalau misalnya ga sengaja melakukan eye contact. Kalau ga setuju dengan sebuah opini ya ga perlu disanggah, kalau mau disanggah ya harus kuat juga dasarnya dan jangan sok pinter. Kalau sok pinter, siap-siap saja dicap jelek dan tidak punya attitude xixi. Selain itu yang menjadi tantangan utamaku adalah asap rokok. Ya begimane, kerja gini ketemu bapak-bapak ga jauh-jauh tuh dengan yang namanya asap rokok. Duduk bentar aja deh, mulai ngudut hiks... Alhasil kudu nyetok masker dan tissue banyak-banyak buat nutup hidung. Nah, kalau dah gini biasanya aku minta izin untuk sedikit menjauh dan bilang kalau ga bisa kena asap rokok. Mereka maklum kok, yakali ga maklum. Karena ga mungkin juga aku harus bilang "stop pak, dilarang merokok." LAWAK KALI, DIUSIR GUA DARI DESA HAHAH.

Ada lagi yang membuatku menjadi shock setelah hampir satu bulan tinggal di sini. Sulit sekali menemukan sarapan, makan siang bahkan makan malam yang pas rasanya. Seenggaknya "normal" deh. Makanya memang paling bener ga laki atau perempuan itu kudu bisa masak, minimal basicnya aja deh kayak tumis menumis, bikin sayur bening atau ceplok telur dan sejenisnya. Jujur, pertama kali ke sini aku beli lauk. Jadi yang ada di etalase depan warung makan tinggal lauk ayam rendang gitu, karena tidak ada pilihan lain aku pun membelinya. Kaget sih pas tanya harga, ya Allah harganya 15ribu dong :') (bangkrut juga lama-lama kalau belanja gini tiap hari) Ya emang gede banget sih dagingnya, sampe aku gamau makan. Liatnya aja sudah kenyang duluan. Besok-besok aku pun membawa lauk kering dari rumah, tapi ya namanya di sini tinggal ga sehari dua hari kita juga butuh makan yekan. Aku pun berusaha mengelilingi pasar terdekat, ternyata sami mawon pemirsa wkwk. Sate pun juga ala kadarnya bahkan waktu itu aku mau minta pake sambal, sambalnya minta ke warung sebelah dong :'). Ya namanya laper daripada masuk angin, tetep gue hajar. Tapi, gak masalah sih soalnya melihat kondisi tempat yang memang bukan khusus untuk wisata kuliner diriku sangat memaklumi. Meski di sini bukan ahlinya tempat kulineran, kopinya jangan ditanya. Siapa sih yang ga kenal dengan Kopi Semendo? Bahkan luar negeri pun tahu kalau produksi kopi di sini rasanya memang mantap! 

kopi dan roti goreng buatan ibu haja dani, uenakkk!!!

Sebagai penggemar kopi, aku mengakuinya kalau kopi semendo itu enak dan tentunya punya khas tersendiri. Kebanyakan petani di sini merupakan petani kecil dengan produksi kopi yang per tahunnya jauh dari rata-rata. Belum lagi kalau harga kopi dunia tidak stabil, tambah kasian dong dengan petani. Tapi ya gimana lagi, kopi merupakan komoditas utama masyarakat Semendo. Jadi tidak heran, kalau mereka nyaris pusing misal hasil kopi dan harga kopi juga turun.

Biasanya memang terbagi beberapa jenis produksi kopi, ada jenis petik merah yang sudah jelas dikatakan kualitasnya bagus, tidak menutup kemungkinan bagi petani yang skala kecil memiliki kualitas yang sama seperti petik merah tetapi sangat sulit. Belum lagi kadar air dan visualnya yang terlihat. Tergantung dari pengelolaan kebun kopinya, keunikan budaya dan juga tempat. Petani di SDL rata-rata menanam kopi jenis robusta, sedangkan di Semendo Darat Tengah hingga Semendo Darat Ulu mereka mengembangkan produksi kopi Arabica. SDL sendiri merupakan dataran yang lebih rendah dibandingkan SDT dan SDU sehingga jenis kopinya pun menyesuaikan ketinggian tempat. Makanya banyak petani kopi smallholder insecure dengan hasil kopi bila dibandingkan dengan petik merah. Ya kualitasnya saja beda, pasti harganya juga beda. Sehingga mereka mengharapkan pembinaan untuk meningkatkan produksi dan kualitas kopi.

kopi lagi wkwk. suka banget sama gorengan ubi yang dipotong-potong. manis dan renyah.

Oke, kayaknya bahas kopi-kopi cukup sini dulu deh. Khawatir terlalu jauh padahal belum ahlinya. Doakan saja~ ^^

Ngomongin soal kopi, aku jadi ingat ketika awal aku berkunjung ke rumah petani selalu disuguhi kopi maka saking menghargai si pembuatnya, selalu aku habiskan. Kalau sehari bertamu itu tiga kali, ya tiga kali juga aku minum kopi. Sampai-sampai aku mulai merasa asam lambungku kambuh :). Makan ga enak, bawaannya mual dan juga demam. Belum lagi, pola makanku yang berantakan. Baru beberapa hari ini sudah mulai ku atur lagi. Jadi, ada suka dukanya perihal ngisi perut haha. 

Pekerjaan ini memang gak mudah, bahkan sedikit tricky karena butuh effort untuk mental dan juga "energi" terutama bagiku yang mudah "lelah". Bagiku ini hanyalah mood swing pada umumnya, bisa jadi aku laper :P, PMS atau memang kurang istirahat. Maka dari itu, pelarianku ketika sudah tidak karuan mood, segera aku cari cara yaitu menghubungi orang-orang yang aku sayang cie elah... Tapi, bener itu ampuh banget. Atau ketika semuanya sulit dihubungi, pelarianku adalah keliling desa dan nangis di pojokan kamar (ini lega banget, serius!). Btw, ga perlu malu ya buat nangis. Menurutku itu adalah bentuk dari mengelola emosi. Karena itu normal. Ketika semuanya semrawut sebenarnya ini tidak lama. Hanya beberapa jam, kemudian berubah lagi kok. Makanya, harus bisa mengontrol sebaik mungkin. 

---
Pelajaran yang aku ambil meski baru beberapa minggu berada di sini yaitu untuk saling menghargai kebiasaan dan budaya setempat. Meski kita tau perihal sesuatu, lebih baik simpan dulu. Barangkali kita menemukan ilmu baru yang belum kita miliki. Sejauh apapun asal kita, tetaplah merendah di tempat lain apalagi tempat yang baru. Terus, kalau merasa lelah lebih baik istirahat dulu wkwk. Jangan hantam-hantam saja, kan bukan robot hehe.
---

So, semangat yaaa buat kita dimanapun dan apapun yang kalian lakukan. Semoga senantiasa berada dalam lindunganNya.

Happy Friday, everyone~

See you in the next post...

LUV.
ZF
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Warning, spoiler alert!

Akhirnya bisa mengulas film kembali nih! Setelah mikir mau ngulas apa akhirnya aku putuskan untuk mengulas sebuah film animasi yang baru-baru ini aku tonton (lagi). Setelah tahun 2022 kemarin, terus kayak pengen nyari film yang santai tapi bermakna akhirnya ku putuskan nonton film animasi dengan judul yang sama. Maklum, anaknya ni kalau sudah suka dengan jalan cerita film bakal diulang. Apalagi seneng banget sama film kartun. Padahal kalau dilihat-lihat umur gue kayak udah ga cocok nonton kartun haha, but who care lagi pula nonton kan ga mengenal umur. Kecuali film dewasa yak😛lain cerita ini mah. 
Nah ngomongin tentang hobi nonton, kalau kitanya bahagia dan senang why not?

So, check it out~

Siapa yang tidak kenal dengan film animasi dengan tampilan visualnya yang hangat dan sangat slice of life banget. Berupa cerita seperti Chihiro dan Yubaba (Spirited Away), Kiki yang kehilangan kekuatan sihirnya (Kiki's Delivery Service) dan yang sempat viral karena setelah menontonnya sulit berhenti untuk terisak yaitu Grave the Fireflies. Iya, siapa lagi kalau bukan film animasi keluaran Studio Ghibli.

Sebagai pengikut cerita dan kisah-kisah yang sangat menghangatkan hati juga, Studio Ghibli memang tak perlu diragukan lagi film-film animasinya. Lebih dari 15 film buatan Studio Ghibli, mungkin hanya tiga atau lima film yang belum aku tonton. Semuanya sangat membekas dan menarik bagiku. Tapi, meskipun banyak lebihnya tak bisa dihindari kalau di dunia ini ga ada yang sempurna. Maka film-film Ghibli ini punya kelemahan ya apalagi kalau bukan membosankan. Herannya tetap asik untuk ditonton. Apalagi semuanya sama-sama membuatku terbawa emosi akan jalan ceritanya. Nah, termasuk film yang satu ini :

Only Yesterday 



Film animasi ini membuatku jatuh cinta tentang jalan ceritanya yang unik. Tapi, bagi yang tidak menyukai hal yang membosankan tampaknya film ini tidak terlalu disarankan karena memang kisahnya berfokus dalam alur kehidupan Taeko. Mungkin cerita di film animasi ini terlihat payah karena selalu mengingatkan pada masa lalu semacam gamon (?). Iya, jadi alur ceritanya maju mundur tanpa ditebak. Bisa jadi bikin kita pusing di awal kenapa tiba-tiba suka muncul anak kelas lima SD dan ternyata itu merupakan tokoh Taeko ketika masih kecil.

Btw di negara asalnya, Jepang, Only Yesterday merupakan salah satu film animasi terlaris di bioskop pada tahun 1991. Nah akhirnya tahun 2016 silam baru dirilis deh di Amerika. Tapi ga perlu khawatir, sekarang sudah bisa ditonton di Netflix bareng film-film animasi keluaran Studio Ghibli lainnya kok!

Film animasi ini bercerita tentang kisah nostalgia Taeko yang merupakan perempuan berusia 27 tahun masih single dan mencintai pekerjaannya sebagai pegawai sebuah perusahaan. Meski demikian tentu akan ada rasa jenuh berlama-lama di kantor dengan rutinitas yang sama setiap hari. Taeko pun mengambil cuti untuk liburan ke sebuah desa yang bernama Yamagata kebetulan di waktu itu musim untuk panen Bunga Kesumba (Safflower). Kalau zaman now yaa healing lah healing~ biar work life balance, ceunah. 

Sejak kecil ia selalu merasa iri dengan teman-temannya yang ketika liburan musim panas bisa pulang kampung ke desa masing-masing. Sedangkan ia tidak. Ia hanya memiliki seorang nenek di rumahnya dan tidak punya desa atau kampung halaman. Alhasil ia merasa bosan tinggal di kota. Seperti yang kita ketahui, Tokyo yang merupakan kota metropolitan tersibuk di Jepang adalah tempat tinggal Taeko dan keluarganya sejak kecil. Jadi wajar kalau Taeko dan keluarga tidak punya kampung halaman. Ya karena neneknya saja dari kecil tinggal di kota.


Dalam bayanganku sendiri, Taeko merupakan bentuk perempuan masa kini yang sangat mandiri, pekerja keras dan yaa meskipun tersentuh hatinya untuk mencari pendamping hidup but kalau sendiri membuatnya bahagia, kenapa tidak. Kurang lebih seperti itu.

Perjalanan menuju Desa Yamagata pun dimulai. Dalam perjalanannya menuju Yamagata di kereta malam itu mulai terlintas cerita masa kecilnya mulai dari liburan bersama nenek, mencoba buah nanas kali pertama bersama keluarganya, bertukar makan siang dengan rekannya karena ia tak suka makan sayur, zaman dimana para pencinta The Beatles yang menjadi euforia tersendiri, style fashion para gadis remaja, kisah remajanya pertama kali menstruasi dan tak lupa kisah cinta monyetnya. 

Ia pun dijemput oleh sepupu kakak iparnya yang bernama Toshio ketika tiba di stasiun Yamagata. Mereka cukup banyak mengobrol tentang kehidupannya masing-masing. Dua manusia dengan latar belakang tempat yang berbeda. Toshio yang lama tinggal di desa dan Taeko yang memang merupakan anak kota sejak lahir. Lagi dan lagi ketika di desa, ingatan masa lalu sering menghampirinya seperti kegagalannya untuk mengikuti pentas teater karena tidak diizinkan ayahnya, tidak pandainya dalam matematika, tidak gemar pelajaran olahraga dan sebagainya.

Setelah cukup lama di desa tersebut, nenek Toshio meminta Taeko tinggal di desa dan menikah dengan cucunya, Toshio. Bingung mau menanggapi sang nenek, ia pun lari dari rumah dan bertemu Toshio di jalan saat hujan. Mereka bercerita dan Taeko teringat akan anak lelaki yang sering tampil urakan dan ia tak mau bersalaman dengan anak lelaki itu. Toshio pun memberikan pemahaman dari persepektif laki-laki kepada Taeko. Di hari menuju kepulangannya, Toshio mengundang Taeko untuk berkunjung lagi di musim dingin.

Larut dalam Emosi Film Animasi


Ketika menonton film ini aku baru mulai paham tentang inner child. Dalam film animasi ini menunjukkan bahwa inner child Taeko memengaruhi kehidupanya ketika dewasa. Mulai dari ia mengambil keputusan, pengalamannya dan segala kehidupannya yang berkaitan dengan masalah keluarga Taeko di rumah. Film tersebut juga mengingatkan sebuah pesan yang mendalam ketika ia tampak merasa bingung mengambil keputusan saat di hari-hari terakhir di desa. Dimana saat itu nenek Tashio yaitu sepupu dari kakak iparnya, mengajukan Tashio untuk menjadi suaminya. Tidak ditolak dan juga tidak diterima, Taeko pun pergi dari bahasan tersebut antara bimbang dan juga ya ga enakan.

Umurnya saat itu bisa disebut telah matang, maka ia merasa bimbang. Terutama ketika ditawari sesosok laki-laki yang beberapa hari ia kenal oleh neneknya langsung ia pun merasa tak enak hati. Wanita dewasa bernama Taeko ini tak dapat dipungkiri bahwa ia selalu merasa flashback masa kecilnya yang tentu memengaruhi jalan hidupnya hingga saat ini. Kepingan kisah kehidupan masa kecilnya itu pasti sering dialami oleh perempuan dimana saja termasuk aku yang terbawa emosi karena suasana hati dan pikiran tokoh utamanya. Pikiran masa lalu di film animasi ini mengingatkan kita bahwa apapun yang telah terjadi di masa lampau haruslah kita terima dan segala kesalahan orang di masa lampau mau tidak mau kita harus rela untuk memaafkan supaya kedepannya kita tidak terbebani oleh pikiran yang mengganggu.

Animasi yang Sangat Hangat dan Bersahaja


Melihat visual film animasi keluaran Studio Ghibli yang selalu memanjakan mata membuatku terbayang ketika menonton film ini. Mulai dari alur, gambaran di desa maupun kota serta pemilihan bentuk efek dramatis yang nostalgic banget! 

Selain itu menonton film animasi ini membuat kita paham bahwa animasi tak sekadar disajikan untuk anak-anak saja, tetapi untuk orang dewasa justru lebih berkesan. Apalagi Only Yesterday ini menurutku begitu spesial untuk ditonton oleh Kaum Wanita. Karena yaaa memang karakter Taeko tidak jauh beda dengan wanita seperti sekarang maupun masa lalu. 

Meski membosankan, tetapi jika mengikutinya dari awal dengan seksama maka banyak sekali amanat yang dipetik dari film animasi ini terutama sebagai kaum wanita yang acapkali diberi pertanyaan yang sama ketika memasuki usia dewasa seperti : 
"Neng, dah ada calonnya belum?"

Melihat endingnya yang menurutku nyaris perfect dan menjawab pertanyaan-pertanyaan Taeko dalam kehidupannya. Jadi kita bakal tidak merasa kecewa setelah menontonnya. Pasti penasaran kan bagaimana ending dari Only Yesterday? Nah, tunggu apalagi kalian bisa menonton film ini dan juga film animasi Studio Ghibli lainnya lengkap hanya di Netflix. 
Selamat berpetualang dan bernostalgia~

Bagi kalian yang sudah pernah menontonnya, boleh dong berbagi pengalaman usai menontonnya. Silakan drop di kolom komentar ya!

Sampai jumpa di ulasan film berikutnya.

Have a nice day
Cheers!

LUV
ZF

Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Older Posts

About me

About Me

Halo, aku Zuha. Selamat datang di blog pribadiku yang berisi pengalaman dan segala bentuk tulisan yang mungkin akan membuatmu gembira. Suka langit yang mendung, es kopi dan jalan-jalan. Selamat membaca^^. Drop me a hello at : zfarhanani@gmail.com

Mari Berteman!

  • instagram
  • tumblr
  • twitter

Postingan Terbaruku

Label

beauty blog competition cerita cerpen film hand lettering hobby jalan-jalan opini pengalaman pertanian review soil tips young researcher

Blog Archive

Total PV

Popular Post

  • Menunggu dalam Penantian Entah Karir atau pun Percintaan | Random yang sangat random...
    Ciattt... I want to talk about something I found every day in my life. This so sucks, but we never know it. Sometimes we have a reason to re...
  • REVIEW : EIEM BEAUTY | Water Bank Moisture Gel
      Memiliki jenis kulit wajah yang normal - kombinasi terkadang sedikit butuh kejelian dan trick supaya menggunakan produk perawatan kulit ti...
  • REVIEW : BIORE UV SPF 50/PA+++ | Fresh and Bright
    Bagiku saat ini penggunaan tabir surya tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Saking pentingnya, apabila memulai hari dan belum m...

Created with by ThemeXpose